Rabu, 16 Maret 2011

Soal Penelitian Ms.Word

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sukasada
Mata Pelajaran : TIK
Alokasi Waktu : 90 Menit
Jumlah Soal : 80 Soal
Standar Kompetensi : Menggunakan perangkat lunak pengolah kata
(Microsoft Office Word 2003)

PETUNJUK UMUM
1. Tulislah terlebih dahulu Nama, Nomor Absensi dan Kelas Anda pada lembar jawaban yang telah disediakan
2. Bacalah soal dengan cermat berikut petunjuknya
3. Kalau ada ketikan/tulisan yang kurang jelas pada soal, tanyakan kepada pengawas
4. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang Anda anggap mudah
5. Periksalah kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas

PETUNJUK KHUSUS
Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar antara A, B, C, D, atau E pada lembar jawaban.



1. Perintah dari keyboard yang digunakan untuk membuka dokumen yang sudah pernah disimpan adalah…
a. Alt + O
b. Ctrl + O
c. Inset  Open
d. Edit  Open
e. Ctrl + Shift + O
2. Dibawah ini merupakan icon dalam microsoft word kecuali…
a. Picture
b. Columns
c. Shading
d. Paragraph
e. Window
3. Dibawah ini merupakan bagian dari menu file, kecuali…
a. close
b. open
c. Save
d. Send to
e. Paste
4. Perintah dari keyboard yang digunakan untuk membuat dokumen baru adalah…
a. Alt + Shift + A
b. Ctrl + N
c. Shift + N
d. Ctrl + S
e. Alt + Ctrl + N
5. Berikut adalah bagian dari toolbars standar, kecuali...
a. Cut
b. Read
c. Zoom
d. Print Preview
e. Font Color
6. Dibawah ini merupakan beberapa menu yang disediakan dalam microsoft word, kecuali…
a. Help
b. Window
c. Paragraph
d. Tools
e. Table
7. Dibawah ini merupakan bagian dari menu format, kecuali…
a. Font
b. Paragraph
c. Tabs
d. Bullets and Numbering
e. Cut
8. Perintah symbol terdapat pada menu?
a. Edit
b. View
c. File
d. Tools
e. Insert
9. Dibawah ini merupakan ukuran spasi pada paragraf, kecuali…
a. 0,5
b. 1.0
c. 1.5
d. 2.0
e. 2.5
10. Insert Picture Terdapat pada toolbars?
a. Drawing
b. Web
c. Formatting
d. Standar
e. Database
11. Berapa jumlah menu yang terdapat pada microsoft word 2003?
a. 6
b. 7
c. 8
d. 9
e. 10
12. Perintah Find terdapat pada menu?
a. Edit
b. View
c. Format
d. Tools
e. Insert
13. Perhatikan ikon dibawah ini
1. new
2. Cut
3. exit
4. paste
5. open
6. Copy
ikon yang termasuk dalam kategori menu edit adalah?
a. 2,4,6
b. 1,2,3
c. 1,3,5
d. 4,5,6
e. 3,4,5
14. Pengertian Icon pada microsoft word yaitu…
a. Barisan menu yang berisi perintah kerja ketika menggunakan program.
b. Perintah yang digunakan untuk menulis dokumen.
c. Program yang dirancang untuk memudahkan pengguna komputer dalam membuat surat / dokumen.
d. Baris judul yang berisi nama file yang sedang dikerjakan
e. Perintah berupa gambar yang digunakan untuk menjalankan program
15. Tittle Bar adalah…
a. Barisan menu yang berisi perintah kerja ketika menggunakan program.
b. Perintah yang digunakan untuk menulis dokumen.
c. Program yang dirancang untuk memudahkan pengguna komputer dalam membuat surat / dokumen.
d. Baris judul yang berisi nama file yang sedang dikerjakan
e. Perintah berupa gambar yang digunakan untuk menjalankan program
16. Pengertian Status Bar pada microsoft word yaitu…
a. Skala ukuran yang terletak disisi atas dan sisi kiri lembar kerja
b. Kumpulan perintah yang digunakan untuk menyisipkan gambar
c. Keterangan yang berisis informasi mengenai halaman yang sedang dibuka, nomor halaman, jumlah halaman, dan lain-lain
d. Baris judul yang berisi nama file yang sedang dikerjakan
e. Perangkat yang digunakan untuk menggulung layar secara vertikal atau horisontal sehingga menampilkan naskah yang tidak tampak pada lembar kerja.
17. Berikut ini merupakan pengertian scroll bar pada microsoft word yaitu…
a. Skala ukuran yang terletak disisi atas dan sisi kiri lembar kerja
b. Kumpulan perintah yang digunakan untuk menyisipkan gambar
c. Keterangan yang berisis informasi mengenai halaman yang sedang dibuka, nomor halaman, jumlah halaman, dan lain-lain
d. Baris judul yang berisi nama file yang sedang dikerjakan
e. Perangkat yang digunakan untuk menggulung layar secara vertikal atau horisontal sehingga menampilkan naskah yang tidak tampak pada lembar kerja.
18. Perintah Open pada microsoft word 2003 berfungsi untuk…
a. Membuka program baru
b. Membuka microsoft word 2003
c. Membuka gambar
d. Membuka file yang pernah disimpan
e. Membuka halaman baru
19. Fungsi dari perintah New pada microsoft word 2003 adalah…
a. Untuk membuat dokumen baru
b. Untuk membuat microsoft word 2003
c. Untuk membuat gambar
d. Untuk membuka file yang pernah disimpan
e. Untuk membuka halaman baru
20. Fungsi dari perintah Page Setup pada microsoft word 2003 adalah…
a. Digunakan untuk mengatur ketebalan huruf
b. Digunakan untuk mengatur ukuran kertas
c. Digunakan untuk mengatur jumlah halaman
d. Digunakan untuk mengatur jenis huruf
e. Digunakan untuk memberikan nomor pada halaman
21. Fungsi dari perintah Bullets and Numbering pada microsoft word 2003 adalah…
a. Untuk mengatur suatu penandaan dan penomoran pada kalimat
b. Untuk mengatur paragraf
c. Untuk membuat nomor halaman
d. Untuk mengatur kolom
e. Untuk pengaturan bingkai
22. Kegunaan horisontal rule adalah…
a. Digunakan untuk membuat indentasi, tabulasi dan pengaturan tabel
b. Digunakan untuk mengatur ukuran kertas
c. Digunakan untuk membuat penomoran
d. Digunakan untuk membuat bingkai pada halaman
e. Digunakan untuk mengetahui jumlah halaman
23. Perhatikan pernyataan dibawah ini
1. Untuk mengubah file yang pernah disimpan
2. Untuk menyimpan dokumen baru
3. Untuk menyimpan dokumen yang sudah pernah disimpan
4. Untuk membuka file yang disimpan
Perbedaan antara Save as dengan Save terdapat pada pernyataan...
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 3 dan 1
e. 2 dan 4
24. Fungsi dari perintah Replace pada microsoft word 2003 adalah...
a. Untuk mencari kata/angka
b. Untuk menuju halaman tertentu
c. Untuk menghubungkan dengan file lain
d. Untuk mengganti kata/angka
e. Untuk memilih semua bagian pada dokumen
25. Perhatikan langkah-langkah dibawah ini
1. Klik microsoft word 2003
2. Klik all program
3. Klik microsoft office
4. Klik start
Urutan langkah-langkah yang tepat dalam membuka microsoft word 2003 adalah…
a. 4,3,2,1
b. 4,2,3,1
c. 2,1,3,4
d. 3,2,4,1
e. 4,3,1,2
26. Langkah yang dilakukan dalam memunculkan icon pada program microsoft word 2003 adalah…
a. Klik menu view  toolbars  customize  pilih salah satu
b. Klik menu edit  toolbars  pilih salah satu
c. Klik menu insert  toolbars
d. Klik menu windows  outline
e. Klik menu tools  Thumbnails
27. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyembunyikan toolbars yang ada pada microsoft word 2003 adalah…
a. Klik menu view  toolbars  hilangkan tanda centang
b. Klik menu view  toolbars  isi tanda centang
c. Klik menu insert  klik toolbars
d. Klik menu view  toolbars lalu enter
e. Klik menu view  toolbars  customize
28. Cara mengoperasikan ikon microsoft word 2003 yang terdapat pada desktop agar dapat membuka program microsoft word 2003 yaitu…
a. Klik kiri  open
b. Klik kanan  paste
c. Klik kanan  open
d. Klik 1kali
e. Klik kanan 2kali
29. Apabila ingin mencetak kertas dengan posisi vertikal maka yang dipilih adalah...
a. Potrait
b. Landscape
c. Width
d. Height
e. Gutter
30. ikon disamping digunakan untuk...
a. mengirimkan file dokumen kedalam internet
b. memunculkan hasil copyan atau cut
c. membuat layar tampilan menjadi dua
d. menyisipkan lembar kerja lain pada dokumen
e. menyisipkan gambar dari file
31. Pengaturan batas kertas bagian kiri, dapat diatur pada kolom...
a. Top
b. Bootom
c. Left
d. Right
e. Gutter
32. Perhatikan langkah-langkah dibawah ini.
1. Klik Paper size
2. Klik Page setup
3. Klik File
4. Klik Insert
Urutan langkah-langkah yang tepat dalam mengubah jenis kertas yaitu...
a. 3,4,1
b. 4,1,2
c. 3,1,2
d. 4,2,1
e. 3,2,1
33. Perhatikan langkah-langkah dibawah ini
1. Klik insert
2. Klik picture
3. Klik clipart
4. Klik file
5. Klik open
Urutan langkah-langkah yang tepat dalam memasukkan gambar yaitu...
a. 4,2,3
b. 4,5,2
c. 1,5,3
d. 4,2,5
e. 1,2,3
34. Penyimpanan dokumen pada microsoft word 2003 dapat menggunakan perintah pada keyboard yaitu...
a. Alt + S
b. Shift + Ctrl + S
c. Ctrl + S
d. Shift + S
e. Alt + Ctrl + S
35. Dalam membuat kalimat bercetak miring yaitu dengan cara...
a. Blok kalimat lalu klik icon
b. Blok kalimat lalu klik icon
c. Blok kalimat lalu klik icon
d. Alt+i
e. Shift+i
36. Cara untuk mengubah spasi paragraph dari spasi 1.0 menjadi 1.5 adalah..
a. Blok paragraph  paragraph pada kolom line spacing pilih 1.5
b. Blok paragraph format  pada kolom line spacing pilih 1.5
c. Blok paragraph format  paragraph pada kolom line spacing pilih 1.5
d. Blok paragraph  paragraph  format pada kolom line spacing pilih 1.5
e. Blok paragraph  insert  pada kolom line spacing pilih 1.5
37. Pengaturan suatu perataan teks dari rata kiri menjadi rata kanan dengan cara..
a. Menekan tombol Alt + R
b. Menekan tombol Shift + L
c. Menekan tombol Alt + Shift + L
d. Menekan tombol Ctrl + R
e. Menekan tombol Ctrl + L
38. Pembuatan suatu kalimat agar berisi garis bawah dapat dilakukan dengan cara...
a. Blok kalimat lalu klik icon
b. Blok kalimat lalu klik icon
c. Blok kalimat lalu klik icon
d. Blok kalimat  Ctrl+B
e. Blok kalimat  Alt+U
39. Lembar kerja baru dapat dibuat dengan cara...
a. CtrlN
b. Alt + N
c. Insert  new
d. Klik icon
e. Shift + N
40. Untuk mengubah suatu kalimat normal agar menjadi cetak tebal yaitu dengan cara...
a. Pilih kalimat  Alt + B
b. Pilih kalimat  Ctrl+B
c. Pilih kalimat  Shift +B
d. Pilih kalimat  Alt + Shift + B
e. Pilih kalimat  Shift + Ctrl + B
41. Dalam menampilkan jendela pagsetup dapat dilakukan dengan menggunakan perintah keyboard...
a. Alt+F+U
b. Shift+F+U
c. Ctrl+F+U
d. Alt+U+F
e. Shift+U+F
42. Perhatikan langkah-langkah dibawah ini
1. Klik file
2. Klik Edit
3. Klik page setup
4. Klik paper size
5. Klik layout
6. Klik margin
Urutan langkah-langkah yang tepat dalam pengaturan batas kertas yaitu...
a. 1,3,4,5
b. 2,3,4,5
c. 1,3,5
d. 6,3,2
e. 1,3,6
43. langkah-langkah yang dilakukan untuk memberikan penandaan berupa symbol pada suatu kalimat yaitu...
a. FormatBullets and Numbering  Numbered
b. insertBullets and Numbering Bullets
c. FormatBullets and Numbering Bullets
d. FormatBullets and NumberingList Styles
e. insertBullets and NumberingSymbol
44. Dalam membuat garis/bingkai pada suatu kalimat dapat menggunakan...
a. Bullet and Numbering
b. Paragraph
c. Border and shading
d. Border
e. Shading
45. Dalam menentukan posisi nomor halaman agar berada dibagian bawah kertas dapat menggunakan perintah...
a. Page down
b. Page of bottom
c. Down of page
d. Bottom of page
e. Page of down
46. Melihat hasil ketikan dokumen sebelum dicetak dapat dilakukan dengan cara...
a. Ctrl + P
b. Klik icon
c. Alt + P
d. View  Print Preview
e. Klik icon
47. Menghapus baris pada suatu tabel dapat dilakukan dengan cara...
a. blok baris tabledelete  cells
b. blok baris insertdelete  columns
c. blok baris Viewdelete  table
d. blok baris table delete  rows
e. blok baris tools delete columns and cells
48. Pembuatan tabel pada microsoft word 2003 dapat dilakukan dengan menggunakan ikon...
a.
b.
c.
d.
e.
49. Dalam menghapus kolom, blok kolom yang akan dihapus. Lalu pilih menu...
a. file delete  cells
b. table delete  columns
c. insert delete  colomns
d. view delete  rows
e. tools delete  merge cell
50. Menghapus tabel dapat dilakukan dengan cara...
a. Klik menu edit  dellete  table
b. Klik menu insert delete  table
c. Klik menu table delete  table
d. delete  table
e. klik kanan  delete  table
51. Menyisipkan kolom pada bagian kanan tabel menggunakan perintah..
a. columns to the left
b. columns to the right
c. columns to the up
d. columns to the center
e. columns to the down
52. Menyisipkan kolom pada bagian kiri tabel menggunakan perintah..
a. columns to the left
b. columns to the right
c. columns to the up
d. columns to the center
e. columns to the down
53. Menyisipkan baris diatas baris-baris yang sudah ada pada tabel,menggunakan perintah...
a. columns to the left
b. columns to the right
c. row above
d. row below
e. table
54. Dalam menggabungkan beberapa sel baris dapat menggunakan…
a. ikon
b. ikon
c. ikon
d. ikon
e. ikon
55. Menyisipkan baris dibawah baris yang sudah ada pada tabel menggunakan perintah...
a. columns to the left
b. columns to the right
c. row above
d. row below
e. tableinsert
56. Dalam mengubah jenis/tampilan garis yang digunakan pada tabel yaitu dengan cara...
a. pilih menu edit border and shading border
b. pilih menu view border and shading page border
c. pilih menu formatborder and shadingborder
d. pilih menu formatborder and shading page border
e. pilih menu tabel  border and shading border
57. Pembuatan teks agar berada pada posisi bawah-tengah dalam cells tabel, menggunakan ikon...
a.
b.
c.
d.
e.

58. Langkah untuk mewarnai cell pada tabel yaitu...
a. pilih menu edit border and shadingshading
b. pilih menu view border and shading shading
c. pilih menu formatborder and shading shading
d. pilih menu tabel  border and shading shading
e. pilih menu formatborder and shading shading
59. Dalam memasukkan gambar yang disediakan oleh program microsoft word dapat menggunakan perintah...
a. clip art
b. from file
c. word art
d. chart
e. shapes
60. Untuk menggunakan gambar yang terdapat dalam komputer dilakukan dengan cara...
a. klik menu insertpictureclip art
b. klik menu insertpicturefrom file
c. klik menu insertpictureword art
d. klik menu insertpicturechart
e. klik menu insertpictureauto shapes
61. Pembuatan suatu objek lingkaran yaitu dengan cara...
a. kilk ikon rectangle pada toolbars drawing
b. kilk ikon oval pada toolbars drawing
c. kilk ikon objek pada toolbars drawing
d. kilk ikon arow pada toolbars drawing
e. kilk ikon line rectangle pada toolbars drawing
62. Mengaktifkan toolbar drawing dapat dilakukan dengan cara…
a. Edittoolbarsdrawing
b. Viewtoolbarsdrawing
c. Inserttoolbarsdrawing
d. Filetoolbarsdrawing
e. Formattoolbarsdrawing
63. cara untuk membuat efek 3-D pada obyek yaitu..
a. aktifkan objekklik ikon shadow style
b. klik ikon shadow style aktifkan objek
c. aktifkan objekklik ikon 3-D style
d. klik ikon 3-D style aktifkan objek
e. klik ikon 3-D style dan klik ikon shadow style
64. Gambar disamping adalah hasil dari..



a. Symbol
b. Bullets
c. Numbered
d. Customize
e. Shading
65. Perhatikan langkah dibawah ini
1. Klik file  New
2. Klik insert  New
3. Alt + N
4. Ctrl+N
Langkah yang tepat dalam membuat lembar kerja baru adalah...
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 3 dan 4
66. Start  all program  Microsoft office  microsoft word. Langkah - langkah tersebut dilakukan untuk…
a. Membuka microsoft word yang sudah tersimpan
b. Membuka microsoft word
c. Membuka microsoft office
d. Membuka menu microsoft word
e. Membuka semua program yang ada pada microsoft office
67. Perhatikan langkah dibawah ini!
1. Klik icon dan
2. Klik icon dan
3. Ctrl+B+U
4. Ctrl+B+I
5. Ctrl+U+I
Langkah yang tepat dalam membuat tulisan bercetak tebal dan miring adalah...
a. 3 dan 4
b. 2 dan 4
c. 1,2 dan 3
d. 1 dan 4
e. 1 dan 5
68. Format  bullets and numbering  numbered digunakan untuk memberikan…
a. Angka dan huruf
b. Symbol dan gambar
c. Tanda
d. angka dan symbol
e. gambar
69. BELAJAR MENULIS format teks disamping dibuat dengan…
a. Regular, Italic
b. Regular, Bold
c. Underline, Bold
d. Bold, Italic
e. Italic, Underline
70. Perhatikan gambar berikut



Gambar diatas yang diberi label huruf C adalah...
a. Tabulasi
b. Indentasi
c. Right Indent
d. Hanging Indent
e. Fist Line Indent
71. File  close, adalah perintah yang digunakan untuk…
a. Membuka dokumen
b. Membuat dokumen baru
c. Menutup dokumen
d. Keluar dari program
e. Menyimpan dokumen
72. Perhatikan langkah dalam membuat tabel dibawah ini

bentuk tabel yang akan dihasilkan oleh keterangan diatas adalah..
a.


b.


c.



d.



e.




73. Perhatikan tabel dibawah ini..
Nama Jenis Kelamin
Pria Wanita
Agus  -
Tabel diatas menggunakan?
a. 2 baris, 2 kolom
b. 2 baris, 3 kolom
c. 3 baris, 2 kolom
d. 3 baris, 3 kolom
e. 3 baris, 4 kolom
74.
Untum mebuat garis seperti diatas menggunakan....
a. Page Border
b. Border Width
c. Shading
d. Border Style
e. Art
75. Perhatikan tabel dibawah ini!
Nama Jenis Kelamin
Pria Wanita
Perintah untuk menggabungkan cell pada jenis kelamin menggunakan...
a. Merge cells
b. Center
c. Wrap text
d. Delete cells
e. Split cells
76. Klik gambar  klik kanan pada mouse (posisi pada gambar)pilih format picture  size, perintah tersebut digunakan untuk..
a. Mengubah bentuk gambar
b. Mengubah ukuran gambar
c. Mengubah letak gambar
d. Mengubah posisi gambar
e. Menormalkan gambar
77. Gambar dibawah ini dihasilkan dari clip art kelompok...
a. mamalia
b. Animals
c. Cartoon
d. Natural
e. Sport

78. tampilan teks dibawah ini dibuat dengan..

a. Symbol
b. Word art
c. Auto shapes
d. Clip art
e. Rectangle
79. untuk membuat garis dapat dilakukan dengan mengklik icon...
a.
b.
c.
d.
e.

80.

gambar diatas dibuat dengan..
a. Symbol
b. Word art
c. Auto shapes
d. Clip art
e. Rectangle

Proposal Skripsi

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKASADA
TAHUN AJARAN 2010/2011






OLEH
I PUTU EKA SUTARIAWAN
NIM. 0715051018









JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2010

JUDUL PENELITIAN
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKASADA TAHUN AJARAN 2010/2011

LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Zamroni (dalam Anwar,2006) menyatakan bahwa bangsa dan negara akan dapat memasuki era globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Ini berarti pendidikan menentukan kemajuan suatu bangsa. Dunia pendidikan tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan peserta didik, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan generasi penerus yang menjadi kunci keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Peserta didik setelah lulus diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja dan ikut mengisi pembangunan di indonesia.
Keberhasilan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat dirunut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai proses membangun pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun pemahaman tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran, dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004).
Proses pemahaman harus diimbangi dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru harus mampu mengarahkan siswa supaya dalam belajar siswa tidak hanya sekedar mengingat, tetapi harus benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan mereka sehingga mereka bisa bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat dengan ide-ide (M. Nur, dkk, 2000).
Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut. Winkel (2005) menyatakan, untuk mencapai hasil pendidikan yang lebih baik, bentuk program pendidikan sekolah haruslah berpusat pada aktivitas belajar siswa, sehingga proses belajar yang terjadi pada siswa lebih bermakna dan hasil belajar siswa mencapi tingkat yang memuaskan.
Seorang guru didalam melaksanakan kewajibannya tidak jarang mengalami kendala dalam melakukan proses belajar mengajar. Masalah yang timbul bisa bersumber dari dalam diri dan bisa juga timbul dari pihak luar diri guru itu sendiri. Salah satu masalah yang timbul dari dalam diri guru yaitu guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek pendidikan. Kondisi pembelajaran seperti itu tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal tersebut juga terjadi pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri 1 Sukasada.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian kegiatan pendidikan memiliki peranan penting di dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas guna menghadapi maraknya teknologi yang berkembang di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sukasada, Made Pasek Suardita,S.Pd menyatakan bahwa “tujuan mata pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sukasada yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat TIK secara cepat dan optimal guna mendapatkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar maupun kehidupan sehari-hari dimasyarakat seiring dengan perkembangan teknologi, serta bisa digunakan sebagai pengembangan bakat, kreativitas kemampuan yang terdapat pada diri siswa itu sendiri”.
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Sukasada dan melalui wawancara, SMA Negeri 1 Sukasada adalah sekolah yang telah menerapkan KTSP. Kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada dibagi menjadi 6 kelas, dimana semua kelas tersebut wajib mendapat pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran TIK kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada, diperoleh beberapa permasalahan terkait dengan pembelajaran TIK di kelas X, yaitu sebagai berikut :
Pertama, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran TIK diketahui rata-rata hasil belajar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) siswa kelas X yang masih rendah seperti yang disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Rata-rata Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada.
Tahun Pelajaran Rata-rata Hasil Belajar
2007/2008 66,37
2008/2009 68,70
2009/2010 69,31

(Sumber: observasi dengan guru TIK SMA Negeri 1 Sukasada)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas yang didapat dari hasil observasi dan wawancara maka dapat tergambarkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa mata pelajaran TIK masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dimana siswa dapat dikatakan tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh mencapai nilai KKM 70,00, sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masih perlu ditingkatkan. Kedua, dari hasil wawancara dengan guru TIK, guru jarang membentuk kelompok dalam kelas pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut terjadi karena tidak efektifnya siswa dan kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar kelompok, pada saat belajar kelompok tidak semua anggota kelompok ikut berperan aktif dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru, dalam mengerjakan tugas kelompok, lebih cenderung siswa yang mengerjakan tugas adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi ”siswa pintar” dan siswa rajin, sedangkan anggota kelompok yang lain hanya sebagai pelengkap (numpang nama), pedahal dengan pembelajaran secara kelompok dapat melatih siswa menjadikan peserta didik mandiri dalam belajar dan mempunyai kemampuan bersosialisasi dan memiliki jiwa kepemimpinan. Ketiga, dari hasil wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru. Metode yang diterapkan selama pembelajaran yaitu guru menjelaskan materi yang diajarkan secara lengkap, terperinci dan tahap demi tahap. Mengajar seperti ini mengarah pada model pembelajaran langsung, cara belajar seperti ini tentunya akan menyebabkan kelas dalam keadaan pasif dan rendahnya aktivitas siswa dalam belajar serta tidak efektif untuk mengembangkan ketrampilan belajar siswa. Ditinjau dari segi materi yang diajarkan untuk siswa kelas X pada semester genap yaitu menggunakan perangakat lunak pengolah kata (microsoft word), pada materi tersebut lebih banyak mengarah pada pembelajaran yang bersifat praktik yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dalam mengkonstruksi dan mengaplikasikan pengetahuannya,maka model pembelajaran yang berpusat pada guru kurang tepat untuk diterapkan karena model pembelajaran yang berpusat pada guru kegiatan yang dilakukan oleh siswa menonton dan menyimak apa yang dilakukan oleh guru dan mengakibatkan siswa tidak dapat mengaplikasikan keterampilannya.
Salah satu model pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan dengan inovatif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.
Saat guru membentuk kelompok kecil dalam pembelajaran, guru berpikir dapat membelajarkan siswa secara aktif serta dapat memecahkan masalah bersama-sama dalam kelompok, tetapi kenyataan berkata lain karena kurang terstrukturnya pembagian tugas dalam kelompok sehingga peran setiap anggota kelompok belum terlihat dalam pembelajaran dan banyak anggota kelompok yang mengandalkan temannya yang lebih mampu. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan berbagai tipe, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) (Ibrahim et al., 2000). Alasan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) mengacu pada permasalahan pokok yang dihadapi yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru, kurang aktif dan kurangnya tanggung jawab siswa pada saat belajar kelompok, siswa mengandalkan teman yang lebih pintar dalam menyelesaikan tugas kelompok “numpang nama”. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) mampu mengatasi masalah-masalah tersebut hal ini dikarenakan ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) yaitu hanya menginginkan satu siswa yang mewakili kelompoknya tanpa menginformasikan sebelumnya kepada kelompok tersebut siapa yang akan menjadi wakilnya. Hal ini mampu meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok. Semua anggota kelompok harus menguasai materi pelajaran, karena memiliki peluang yang sama untuk dipanggil oleh guru sehingga tidak ada istilah “numpang nama” dalam kelompok (Mahaputri, 2003).
Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) juga lebih menekankan pada interaksi antar kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini lebih menekankan aktivitas siswa sehingga bersifat student centered. Penekanan pada tanggung jawab individu dalam kelompok dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam belajar. Manfaat yang dapat dipetik dari model pembelajaran ini antara lain pemahaman yang lebih mendalam, motivasi belajar lebih besar, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, dan hasil belajar menjadi lebih tinggi (Ibrahim et al., 2000).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada Tahun Ajaran 2010/2011”

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada?
Bagaimanakah respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang dari rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada
Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah.
Sebagai dasar pengembangan model pembelajaran yang lebih baik dan lebih berperan dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran TIK.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah.
Bagi siswa.
Membelajarkan siswa agar mampu mengungkapkan pendapat, bersosialisasi dengan teman, menghargai pendapat orang lain dengan cara memahami perbedaan - perbedaan yang tumbuh dalam kelompok, menumbuhkan rasa tanggung jawab pada tugas, berdiskusi, saling mengisi kekurangan pada diri siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
Bagi guru.
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang sesuai dengan materi pelajaran.



Bagi sekolah.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan sebuah media pembelajaran
Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan teori-teori yang didapat dalam perkuliahan serta dapat menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di sekolah yang akan sangat berguna bagi peneliti sebagai seorang calon guru

F. KAJIAN TEORI
KONSEP BELAJAR
Beberapa ahli pendidikan memberikan definisi belajar secara berbeda yang pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama. Konsep belajar telah banyak dideskripsikan oleh pakar psikologi, antara lain:
1. Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2. Morgan (dalam Anni, 2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.
3. Slavin (dalam Anni, 2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
4. James O. Wittaker (dalam Soemanto, 2003: 104) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman.
6. Hudojo (1987) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat melakukannya.
7. Anwar (1990) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan/pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari organisme.
8. Sukardi (2009) berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi, dari belum paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan dan individu itu sendiri.
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pembelajar yang relatif permanen yang merupakan hasil dari praktek atau pengalaman pembelajar. Pada saat proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal menyangkut faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor- faktor psikologis tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, intelektual, emosional.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (Numbered-Heads-Together)
Model Pembelajaran
Sebelum kita membahas tentang model pembelajaran kooperatif, terlebih dahulu akan dikaji apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran. Meyer (dalam Sukardi, 2010: 22) menyatakan Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran didalam kelas atau pembelajaran dalam toturial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce dalam Sukardi, 2010).
Adapun Soekamto, dkk (dalam nurlawati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.”
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka dan arahan bagi guru untuk melakukan proses belajar mengajar.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning merupakan model pembelajaran mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama (Suherman, 2003:260).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002: 12). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas).
Siswa didalam kelas kooperatif belajar bersama pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu (Trianto, 2010).
Sebagaimana model-model pembelajaran yang lain model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.

2.1.1 Tujuan Model Pembelejaran Kooperatif
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Selama belajar dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya dalam ketuntasan belajar (Trianto, 2009).
Ide utama dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya (Trianto, 2010). Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok menguasai materi (Slavin dalam trianto, 1995).
Johnson & Johnson (dalam trianto,1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Berikut merupakan perbedaan model pembelajaram kooperatif dengan metode kelompok pada model pembelajaran langsung dipaparkan dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2 Perbedaan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran langsung.
Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Langsung
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Anggota kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya homogen. Siswa memilih teman sendiri, biasanya siswa pintar bergabung dengan yang pintar, siswa nakal bergabung dengan yang nakal.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi anggota kelompok. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan memilih pemimpinnya secara masing-masing.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
(Sumber : Killen, 1996)

Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000: 7)
Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
Pengakuan adanya keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, ingin menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

2.1.2 Jenis–jenis Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memeliki beberapa jenis pendekatan antara lain :
Student Teams Achievement Division (STAD)
Trianto (2009) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, (Ibrahim, dkk 200:10)
Penyampaian pembelajaran tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Penyajian Materi Pelajaran
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.


Membentuk kelompok.
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing kelompok.
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan dengan mempresentasikan hasil kerjanya.
Memberikan Penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model langsung terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok (Trianto,2009).

Think – Pair – Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas..
Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe TPS, Tjokrodiharjo (dalam Trianto, 2009)
Berpikir (Think)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa untuk menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dengan jalan memasangkan siswa yang memperoleh nilai baik dengan siswa yang memperoleh nilai kurang agar mereka bisa saling mengisi dan berbagi.
Berbagi (Sharing)
Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.

Teams – Games – Turnament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keatch edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim mereka.
Model pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan STAD, perbedaannya pada model TGT tidak terdapat kuis tapi ada pertandingan akademik atau perlombaan. Aktifitas belajar dengan perlombaan yang dirancang memungkinkan siswa dapat belajar lebih bersemangat dan bergairah. Pembelajaran model TGT ini mempunyai kelebihan yaitu: keterlibatan siswa dalam belajar tinggi, siswa menjadi bersemangat dalam belajar, sedangkan kelemahannya bagi para guru membutuhkan waktu yang relatif lama, butuh sarana prasarana yang memadai, dapat menimbulkan suara gaduh dan siswa terbiasa belajar bila diberikan hadiah.
Secara runut implementasinya TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: (1) Presentasi Guru (sama dengan STAD); (2) Kelompok belajar (sama dengan STAD); (3) Turnamen; dan (4) Pengenalan kelompok.

Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Trianto,2009).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu model cooperative learning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Trianto, 2009).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggota anggotanya 5-6 orang).
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang dipelajari tentang hardware. Maka seorang dari anggota kelompok mempelajari tentang monitor, keyboard, mouse, dll.
Anggota kelompok yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam satu kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
Mempresentasikan materi yang dipelajari untuk mengetahui kemampuasn siswa.
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Group investigation (GI)
Model ini dirancang oleh Herbert Thelan dan dikembangkan oleh Sharan dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv. Dibandingkan dengan model kooperatif lainnya, model GI dianggap paling kompleks dan paling sulit karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga berdasarkan kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap topik tertentu. Para siswa memilih topik yang akan dipelajarinya, mengikuti investigasi mendalam terhadap sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara keseluruhan.

NHT (Numbered Heads Together)
Numbered Heads Together atau penomoran berfikir bersama merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa dengan memberikan nomor untuk setiap anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut dengan cara memanggil siswa yang nomornya sama untuk mempresentasikan kepada seluruh siswa dikelas. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) lebih menekankan tanggung jawab tiap individu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran
.
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam meningkatkan penguasaan isi akademik tiap individu.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000), untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut dengan cara memanggil siswa yang nomornya sama untuk mempresentasikan kepada seluruh siswa dikelas. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan beberapa tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Adapun tahapan dalam model pembelajaran tipe NHT antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Nur, 2005; Ibrahim, dkk, 2000; Nurhadi, dkk, 2003). Tahapan model pembelajaran kooperatif tipe NTH disajikan dalam tabel 1.3.

Tabel 1.3 Tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 1
Numbering Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. (guru menentukan siswa dalam setiap kelompok supaya membentuk anggota kelompok yang heterogen, cara membentuk kelompok heterogen dari segi pengetahuan, dengan cara menganalisis nilai ulangan umum siswa semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 dan mengkategorikan siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan tinggi. Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing dan mengenakan nomor yang diberikan oleh guru. (siswa mengingat no urut dan bergabung kekelompok 2)
Langkah 2
Questioning


Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan hingga yang bersifat umum.
Contoh : Jelaskan pengertian menu dan ikon! Siswa dapat bertanya kepada guru jika ada yang belum jelas dengan pertanyaan yang diberikan dan siswa mencatat pertanyaan guru.
Langkah 3
Head Together Guru memberikan kesempatan untuk siswa berdiskusi . guru dapat memberikan bimbingan jika ada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa berfikir bersama untuk menggambarkan, mendemonstrasikan dan meyakinkan bahwa tiap anggota mengetahui dan memahami jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Jika ada anggota kelompok yang belum mengerti, anggota kelompok yang lain berkewajiban untuk membantu menjelaskan agar rekannya memahami jawaban tersebut.
Langkah 4
Answering Guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Siswa yang ditunjuk oleh guru harus mempresentasikan jawaban kelompoknya dan tidak boleh dibantu oleh anggota kelompoknya.
(Sumber : Trianto,2009)
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
1. Pendahuluan
Fase 1 : Persiapan
Guru melakukan absensi
Guru menanyakan kesiapan siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Tigether (hanya pada pertemuan pertama)
2. Kegiatan Inti
Fase 2 : Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Penomoran
Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan hingga yang bersifat umum.
3. Berpikir bersama
Siswa berfikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
4. Menjawab
Guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok dengan siswa nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Guru mengamati hasil yang diperoleh oleh masing-masing kelompok yang berhasil baik, dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada).
3. Penutup
Fase 3 : Evaluasi
1. Dengan bimbingan guru siswa mebuat rangkuman
2. Siswa diberikan pekerjaan rumah (dalam waktu tertentu)
3. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.

Variasi dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain :
1. Setelah seorang siswa menjawab, guru dapat meminta kelompok lain apakah setuju atau tidak setuju dengan jempol ke atas atau ke bawah.
2. Seluruh siswa yang menanggapi dapat menulis jawabannya di papan tulis atau di kertas pada saat yang sama.
3. Guru dapat meminta siswa lain menambahkan jawaban bila jawaban yang diberikan belum lengkap.
2.3.1 Kebaikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Kebaikan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut (Sudayasa, 2007)
Meningkatkan pemahaman setiap individu dalam kelompok.
Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
Mengatasi permasalahan kurang aktifnya siswa dalam belajar kelompok.
Meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok karena semua anggota kelompok harus menguasai materi pelajaran, menghindari “numpang nama”.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat karena menekankan pada interaksi antar kelompok dalam menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Menghindari “teacher centered” karena pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa “student centered”
Mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.

2.3.2 Ciri Khas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hanya menginginkan satu siswa yang mewakili kelompoknya namun tanpa menginformasikan sebelumnya kepada kelompok tersebut siapa yang akan menjadi wakilnya. Ciri khas ini yang menjadi keunggulan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang mampu memastikan keterlibatan penuh dari seluruh siswa. Slavin (1995) menyatakan bahwa metode ini adalah cara yang baik sekali untuk menambah tanggung jawab perseorangan dalam diskusi kelompok. Dasar penunjukan secara acak ini adalah agar adanya motivasi dalam diri setiap siswa untuk lebih memahami materi yang akan dibahas.
Wright (dalam Mahaputri, 2003:25) menyatakan bahwa “Numbered Heads Together merupakan suatu cara yang dapat meningkatkan saling pengertian dan memicu berkembangnya pelatihan kawan sebaya (tutor sebaya)”. Numbered Heads Together juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan lebih mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Jatmiko (2004) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung lebih bersifat Teacher Centered, sehingga peran guru sangat dominan. Umumnya guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Kardi dan Nur (2004) mengungkapkan pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung
Menurut Killen (1998), model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri yaitu:
waktu untuk berbagai aktivitas dalam pembelajaran dikontrol dengan ketat, guru mengendalikan urutan dalam aktivitas pembelajaran, terdapat penekanan dalam prestasi akademik dan penampilan siswa diawasi atau dimonitor.
Kardi dan Nur (2004), menyatakan bahwa pada model pembelajaran langsung, sebagian besar tugas guru adalah membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural agar siswa dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan, misalnya langkah-langkah dalam membuka microsft word.
Model pembelajaran langsung memerlukan kaidah-kaidah yang mengatur bagaimana siswa berbicara, prosedur dan menjamin tempo pembelajaran, strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa dan untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang. Sintaks model pembelajaran langsung disajikan pada Tabel 1.4
Tabel 1.4 Sintaks model pembelajaran langsung
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 1:
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru.



Langkah 2:
Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan. Guru mendemonstrasikan ketrampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Siswa memperhatikan demonstrasi dan menyimak informasi dari guru.
Langkah 3:
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Siswa melakukan pelatihan dengan bimbingan guru.
Langkah 4:
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Siswa menjawab pertanyaan guru.
Langkah 5:
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari Siswa melakukan pelatihan lanjutan.

Penjelasan lebih rinci mengenai langkah-langkah dalam model pembelajaran langsung sebagai berikut.
(Kardi dan Nur, 2004).
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa pada bagian ini, guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran. Guru juga mempersiapkan siswa untuk belajar seperti memeriksa kelengkapan belajar mereka.
Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan guru menjelaskan materi pembelajaran secara rinci dan bertahap. Siswa harus memperhatikan penjelasan guru dan suasana kelas dijaga agar tetap tenang dan terpusat pada guru. Guru juga bertugas mendemonstrasikan keterampilan seperti mendemonstrasikan langkah – langkah dalam melakukan praktikum dengan jelas. Siswa harus memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru agar nantinya mereka bisa melakukan praktikum seperti yang dicontohkan oleh guru.
Membimbing pelatihan setelah guru melakukan demonstrasi, guru menunjuk beberapa orang siswa melakukan praktikum seperti yang telah dicontohkan.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik pada bagian ini, guru menyuruh siswa mempresentasikan jawaban.
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, guru memberikan tugas rumah pada siswa. Tugas dapat berupa pertanyaan ataupun tugas membaca. Siswa bertugas mencatat tugas yang diberikan guru dan dapat bertanya jika ada hal yang kurang dimengerti.

HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah taraf kemampuan anak – anak untuk menguasai sejumlah keterampilan, pengetahuan, dan perilaku (Dirpendas, 1997). Menurut Conny R. Semiawan (2002) “Hasil belajar adalah tingkat pencapaian seseorang dalam hal pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, emosi, dan motivasi, yang dapat diaktualisasikan secara optimal melalui kemampuan kognitif maupun kinerja dalam lingkungannya”.
Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar atau mengajar”. Sedangkan menurut Poewadarminta (1996) menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dicapai seseorang siswa pada waktu tertentu”. Menurut Arif S. Sadiman (1996) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah peningkatan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar yang juga menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan informasi dan peran kepada siswa”.
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Peningkatan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan informasi dan peran siswa.
Pencapaian hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datangnya dari dalam dan faktor yang datangnya dari luar diri siswa itu sendiri atau faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya selain itu motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebisaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis juga merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi serta berusaha untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya (Selamat & Suwenten, 2000). Walaupun demikian faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah guru, metode belajar, sarana dan prasarana, materi pembelajaran, sistem evaluasi dan peraturan tata tertib.

4.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar
Ada ungkapan yang terkenal dan sering didengar pengalaman adalah guru yang terbaik pada peristiwa belajar, proses yang terjadi adalah mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Setelah mendapat pengalaman baru diharapkan terjadi penyaringan dan pertukaran pengalaman lalu terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku.
Menurut Dimyati dan Moedjiono (1994) membagi beberapa ciri hasil belajar sebagai berikut:
Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, dan cita-cita.
Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani
Memiliki dampak pengajaran dan pengiring
Menurut Direktorat Pendidikan Dasar (1997/1998) bahwa: ciri-ciri hasil belajar adalah sebagai berikut:
Adanya kemampuan siswa untuk mengingat kembali suatu informasi atau materi yang telah dipelajari
Adanya kemampuan siswa yang nampak dalam suatu keterampilan mengelompokkan, menyajikan dan menafsirkan data.
Adanya kemampuan siswa untuk menghasilkan nilai dari materi pelajaran berdasarkan kriteria nyata, jelas dan obyektif.
Dengan menyimak beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat ditegaskan bahwa ciri-ciri hasil belajar melibatkan perolehan kemampuan-kemampuan bukan bawaan sejak individu dilahirkan. Belajar itu dipengaruhi oleh pengalaman, sebagian pengalaman yang diperolehnya itu adalah pengaruh lingkungan yang memberinya umpan balik. Belajar juga terjadi karena ada upaya sengaja untuk memperoleh suatu perubahan, perbaikan, dan kemampuan baru secara fisik dan psikis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh. Kemudian kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang, kemudian kemauan juga dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang, dan yang terakhir adalah bakat, bakat disini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor eksternal yang juga berpengruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga - lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

5. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan perluasan dari TI, dengan menggunakan konsep Teknologi Komunikasi dalam Teknologi Informasi. TIK mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi informasi mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang mengenai proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan perolehan informasi. Teknologi komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat yang lainnya.
Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan suatu hal yang saling berkaitan, yang tidak bisa terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang berkaitan dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolahan dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu. Salah satu peralatan TIK yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang antara lain komputer (Depdiknas, 2007). Penelitian ini akan membahas sub materi dari mata pelajaran TIK yang dipelajari siswa kelas X semester 2 di SMA Negeri 1 sukasada yaitu menggunakan perangkat lunak pengolah kata (Microsoft Word 2003)
5.1 Program Pengolah Kata (Microsoft Word 2003)
Microsoft word 2003 adalah sebuah program pengolah kata (Word Processor) yang dibuat oleh Microsoft Corporation dari Amerika Serikat (Fairus, 2004). Program pengolah kata seperti microsoft word ini menjadi sangat populer karena memberikan fasilitas-fasilitas yang jauh lebih canggih dibandingkan dengan program pengolah kata lainnya.
Program ini dirancang untuk memudahkan pengguna komputer dalam mengolah suatu dokumen, surat, laporan, novel, puisi dan lainnya dengan menggunakan komputer.

6. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Berikut beberapa penelitian yang membahas keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
Pietersz dan Horasdia (2010) menyatakan bahwa sesuai perolehan hasil menggunakan uji Levene’s didapatkan nilai 5.38 dengan signifikasi uji Levene’s (0.000) < α =0.05, maka tolak Ho dengan demikian hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pencapaian matematika siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Andhini (2009) juga menyatakan hal yang serupa, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukasada, didapatkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 sukasada. Udani (2006) juga menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja dimana hasil yang didapatkan yaitu pada siklus pertama 41,1 pada kategori baik, siklus kedua 53,8 pada kategori sangat baik, dan siklus ketiga 60,1 pada kategori sangat baik. Puspita (2009) juga menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar senam irama mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009 dengan perolehan nilai dari hasil penelitian pada siklus satu 92,4 dan pada siklus dua 97,6 pada kategori sangat baik. Astrini (2005) melakukan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Sidemen Karangasem yang membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian yang didapat adalah prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

H. KERANGKA BERPIKIR
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran lebih bersifat Teacher Centered, sehingga peran guru sangat dominan (Jatmiko, 2004). Kardi dan Nur (2004) mengungkapkan pada pembelajaran langsung diawal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik. Model pembelajaran ini efektif untuk mengembangkan ketrampilan belajar siswa seperti menggaris bawahi, membuat catatan dan membuat rangkuman.
Namun, Model pembelajaran langsung juga memiliki kelamahan-kelamahan, diantaranya adalah Model pembelajaran langsung bersifat teacher centered. Hal ini dapat dilihat dari dominannya pengaruh guru dalam proses belajar mengajar dikelas. Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan informasi mengenai tujuan pelajaran dan guru juga menyampaikan keseluruhan materi pelajaran kepada siswa.
Pada Model pembelajaran langsung guru seakan sebagai sumber pengetahuan. Siswa sangat tergantung pada penjelasan guru saat membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini juga seakan membatasi “ruang gerak” siswa karena segala sesuatunya diatur dan ditentukan oleh guru. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung siswa belajar meniru dari orang lain.
Jadi pengalaman yang didapat adalah pengalaman dari menonton kegiatan orang lain, bukan pengalaman yang dilakukan sendiri oleh siswa. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa karena bagaimanapun juga pengalaman sendiri akan lebih bermakna, lebih lama diingat, dan dimengerti oleh siswa, dalam pelaksanaan model pembelajaran langsung terdapat diskusi kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Namun, pembagian tugas dalam kelompok kurang terstruktur dengan jelas. Hal ini memungkinkan adanya istilah “numpang nama” dalam kelompok. Biasanya hanya beberapa anggota yang dianggap rajin dan mampu mengerjakan tugas dalam kelompok, sedangkan yang lainnya tinggal menonton saja. Begitu juga pada saat presentasi dimana siswa yang bertugas menyampaikan jawaban kelompok dipilih oleh anggota kelompoknya. Siswa yang dipilih oleh anggota kelompoknya dalam menyampaikan jawaban adalah siswa yang paling pintar dalam kelompoknya agar nilai kelompok mendapat hasil yang baik. Kegiatan diskusi kelompok seperti ini tidak dapat menjamin kesiapan materi dan tanggung jawab siswa terhadap tugas dan kelompoknya.
Masalah mengenai kurang aktifnya siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri atau masalah sosial dalam lingkungan belajar dapat diatasi dengan model pembelajaran kooperatif. Salah satu perbedaan model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran kooperatif adalah pada Model pembelajaran langsung, siswa perlu tenang dan meperhatikan uraian serta segala sesuatu yang dilakukan oleh guru sedangkan pada model pembelajaran kooperatif, siswa lebih memerlukan komunikasi dengan rekan-rekannya.
Perbedaan lainnya adalah dalam hal pembagian tugas. Pada Model pembelajaran langsung pembagian tugas dalam kelompok kurang terstruktur dengan jelas sedangkan pada model pembelajaran kooperatif, pembagian tugas dalam kelompok terstruktur dengan jelas sehingga setiap anggota memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Pada pembelajaran kooperatif, yang aktif dalam pembelajaran adalah siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran. Adanya peran aktif siswa dalam mengkonsruksi pengetahuannya sendiri ini akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yaitu NHT (Numbered Heads Together). Seperti model pembelajaran kooperatif pada umumnya, dalam Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga diadakan pengelompokan siswa atau dengan kata lain siswa belajar kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Ciri khas dari Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) hanya menginginkan satu siswa yang mewakili kelompoknya namun tanpa menginformasikan sebelumnya kepada kelompok tersebut siapa yang akan menjadi wakilnya. Ciri khas ini memastikan keterlibatan penuh dari seluruh siswa. Pada proses pembelajaran dan diskusi kelompok, masing-masing siswa harus ikut mencari jawaban atau menyelesaikan permasalahan kelompok. Semua anggota dituntut siap untuk menguasai materi pelajaran karena pada saat presentasi gurulah yang menentukan siapa anggota yang akan presentasi untuk mewakili kelompoknya. Anggota yang lebih mampu akan berusaha untuk menjelaskan kepada rekannya terkait materi yang belum dimengerti dan sebaliknya anggota yang belum mengerti akan berusaha untuk memahami dan menguasai materi pelajaran yang dibahas karena semua anggota kelompok ikut memegang peran dalam kemajuan kelompoknya.
Cara pembelajaran ini akan membangkitkan semangat belajar siswa dan mampu menyadarkan siswa bahwa baik buruknya hasil kelompok bukan ditentukan oleh satu atau dua orang angota melainkan seluruh anggota kelompok, ntuk lebih jelasnya kerangka berpikir dari peneliti dapat disajikan dalam gambar 1.1 sebagai berikut














Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

I. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto 2002 : 64). Hipotesis penelitian ini diturunkan berdasarkan cara berfikir deduktif, yakni menentukan jawaban sementara atas dasar analisis teori- teori pengetahuan ilmiah yang relevan dengan permasalahn melalui penalaran.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada.
Terdapat respon yang positif dari siswa dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).

J. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Hal ini juga didukung oleh Arikunto (2005), yang menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Mengingat tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen semu (Sukardi, 2004). Pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel. Kelas pertama diberikan perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dan kelas ini disebut kelas eksperimen. Kelas kedua adalah kelas kontrol, kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran langsung.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukasada siswa kelas X. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah rentangan waktu semester genap antara bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun ajaran 2010/2011.

Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan eksperimen Posttest-Only Control Grup Design. Dalam rancangan ini pengambilan sampel dilakukan dengan memilih kelas yang akan dijadikan sampel secara random. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Rancangan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar berikut:



Gambar 2. Desain Penelitian “Posttest-Only Control Grup Design”
(Sugiyono, 2009)
Keterangan:
KE : Kelompok eksperimen
KK : Kelompok kontrol
X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).
O1 : Posttest untuk kelas eksperimen setelah perlakuan
O2 : Posttest untuk kelas kontrol setelah perlakuan

Identifikasi Variabel
Variabel ini menyelidiki pengaruh satu variabel independen terhadap satu variabel dependen. Variabel independen tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) (X).
Variabel dependen adalah variabel akibat yang dipraduga, yang bervariasi mengikuti perubahan atau variasi variabel bebas. Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (Y). Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil postest (hasil tes setelah perlakuan).

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Berbagai definisi populasi dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Sugiyono (2009) mengatakan bahwa ”populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sudjana (2002) mengatakan bahwa ”populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung, ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.
Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah sekumpulan objek atau subjek yang jelas pada suatu wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Sukasada tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari atas enam kelas kecuali kelas X1 karena kelas X1 merupakan kelas unggulan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari kelas X yang lainnya di SMA Negeri 1 Sukasada. Jumlah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada adalah 181 orang. Komposisi masing-masing kelas disajikan dalam Tabel 1.5





Tabel 1.5 Komposisi anggota populasi
No Kelas Populasi Jumlah Siswa
1 X2 30 orang
2 X3 30 orang
3 X4 30 orang
4 X5 31 orang
5 X6 29 orang
Jumlah Populasi 150 orang
(Sumber : Wakakesiswaan SMA Negeri 1 Sukasada)

Sampel Penelitian
Menurut Jampel (2005) berkesimpulan bahwa ”sampel dapat diartikan sebagai bagian atau wakil representatif dari populasi yang secara langsung dikenakan penelitian”. Kemudian Sugiyono (2009) sampel diartikan ”bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sampel adalah bagian representatif dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik ”Simple Random Sampling”, dimana semua individu dalam populasi memiliki kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti melakukan pengundian terhadap keenam kelas, kemudian diambil kedua kelas secara acak. Kedua kelas dipilih secara acak lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pengundian yang dilakukan, ditetapkan bahwa kelas X3 sebagai kelas eksperimen yang akan deterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dan kelas X2 sebagai kelas kontrol yang akan diterapkan model pembelajaran langsung. Jumlah keseluruhan sampel yang digunakan adalah 60 siswa. Adapun distribusi kelas dan jumlah siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.6

Tabel 1.6 Distribusi Sampel
No Kelas Sampel Kelompok Jumlah Siswa
1 X2 Kontrol 30 orang
2 X3 Eksperimen 30 orang
Jumlah Sampel 60 orang
(Sumber : Wakakesiswaan SMA Negeri 1 Sukasada)

Prosedur Penelitian
Adapun tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas terkait permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yang akan disajikan dalam Tabel 1.7
Tabel 1.7 Tahapan-tahapan penelitian
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Orientasi 1. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Penentuan sekolah ini sebelum pembuatan proposal.
2. Mengadakan penjajagan kesekolah sekaligus minta ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
3. Menetapkan kelas yang akan dijadikan populasi penelitian.
4. Setelah populasi ditetapkan, kemudian menentukan sampel penelitian yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel ini dengan teknik simple random sampling.
5. Mengadakan sosialisasi dengan guru mata pelajaran TIK bahwa peneliti akan mengadakan penelitian di kelas tersebut.
2 Observasi awal 1. Melakukan wawancara dan mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas yang dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3



Merancang instrumen penelitian dan RPP 1. Merancang tes hasil belajar pada ranah kognitif dan ranah psikomotor yang nantinya akan digunakan postest.
2. Merancang angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).
3. Merancang RPP serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sukasada.
4 Analisis kualitatif instrumen penelitian 1. Mengadakan analisis yang dilakukan oleh ahli (Dosen Pembimbing) tentang instrumen penelitian.
5 Uji coba instrumen penelitian 1. Setelah instrumen benar-benar siap, maka diadakan uji coba instrumen yang akan diujikan kepada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada yang sudah pernah mendapatkan pelajaran TIK mencakup materi menggunakan program pengolah kata microsoft word 2003.
6 Analisis kuantitatif instrumen penelitian 1. Analisis kuantitatif instrumen penelitian ini dilaksanakan setelah mengadakan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa kelas XI, hasil uji coba ini akan dianalisis antara lain menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran butir, tingkat pengecoh butir.
7 Memberikan perlakuan 1. Menerapkan model pembelajaran pada masing-masing kelas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads- Together) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
8 Mengadakan tes akhir (postest) 1. Mengadakan test akhir (postest) pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen. Pemberian test akhir ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan.
2. Memberikan angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) pada kelas eksperimen
9 Analisis data dan pengujian hipotesis 1. Menganalisis data hasil penelitian
2. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
10 Pembuatan laporan 1. Menyusun laporan (skripsi)
2. Ujian















Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan prosedur penelitian dapat disajikan dalam gambar 3. sebagai berikut.






















Gambar 3. Prosedur Penelitian

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
Metode Tes
Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode tes (Agung, 2005). Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee). Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif dan psikomotor. Bentuk tes kognitif yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice Item Test) dengan satu jawaban benar skor 1 dan salah skor 0, untuk psikomor akan digunakan rubrik penilaian tes psikomotor. Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor hasil belajar TIK dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran langsung.

Metode Angket
Metode angket (qustionnaire) digunakan untuk menghimpun data dengan menggunakan angket atau daftar pertanyaan dan pilihan yang sudah disediakan oleh pembuat angket dalam hal ini adalah peneliti. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yakni responden menjawab pertanyaan berdasarkan jumlah pilihan jawaban yang telah disediakan atau jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu, misalnya tanda check list (). Alasan penggunaan angket sebagai pengumpul data pokok adalah: (1) Untuk memperoleh informasi yang relevan untuk penelitian ini; (2) Untuk memperoleh informasi atau data yang valid dan reliable.
Data mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada siswa. Angket yang digunakan terdiri dari 10 item menggunakan skala Likert dengan skor minimal 1 (satu) dan skor maksimal 5 (lima) untuk setiap item. Setiap siswa memperoleh skor tanggapan dengan rentangan skor terendah 10 (sepuluh) dan skor tertinggi 50 (lima puluh). Kemudian analisis data dilakukan dengan mencari rata-rata skor tanggapan siswa secara klasikal. Untuk mengetahui kategori tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, rata-rata skor tanggapan siswa tersebut dikategorikan sesuai dengan pedoman kategori yang diuraikan pada analisis data. Data tanggapan siswa ini dikumpulkan diakhir pembelajaran yang dilakukan.
Data dari hasil yang diperoleh, akan dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus sehingga pada akhirnya diketahui respon siswa secara klasikal berada pada klasifikasi sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, atau sangat kurang positif.

Instrumen pengumpulan data
Instrumen respon
Instrumen pokok yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah angket, dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah pertanyaan-pertanyaan tertutup. Artinya kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban yang lain.
Instrumen hasil belajar
Instrumen untuk hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar TIK adalah tes kemampuan kognitif menggunakan pilihan ganda satu jawaban benar, sedangkan tes kemampuan psikomotor dengan melakukan tes unjuk kerja. Tes kemampuan kognitif tersebut terdiri dari 40 butir soal. Soal tersebut mengikuti jenjang Taksonomi Bloom yang meliputi jenjang ingatan (C1), jenjang pemahaman (C2), jenjang aplikasi (C3), dan jenjang analisis (C4). Setiap item soal disertai dengan lima pilihan alternatif (alternatif a, b, c, d, e). Setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab benar, dan siswa yang menjawab salah akan diberi skor 0.



Kisi-kisi tes hasil belajar untuk ranah kognitif yang diuji cobakan
Kompetensi Dasar Indikator Banyak Item = 80 Total Item
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisa
15% 15% 47,5% 22,5%
Menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam Perangkat lunak pengolah kata
35% Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word 4 4 0 0 26
Menjelaskan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word 4 4 0 0
Mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word 4 4 0 0
Menampilkan dan menyembunyikan ikon pada Ms.word 0 0 2 0
Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah kata 32,5% Mendemonstrasikan pembuatan dan mencetak dokumen baru 0 0 6 0 28
Memodifikasi pengaturan halaman 0 0 4 4
Memodifikasi jenis dan pengaturan pada teks 0 0 4 4
Mendemonstrasikan cara mengolah dokumen 0 0 6 0
Membuat dokumen pengolah kata dengan variasi tabel dan gambar
32,5% Membuat dan menghapus baris, kolom, atau tabel 0 0 4 2 26
Menambah menggabung serta mengatur lebar baris dan kolom 0 0 8 2
Memasukkan gambar pada Ms.Word 0 0 2 2
Mengoperasikan Ikon drawing 0 0 2 4
Total Item 12 12 38 18 80
C1 : Jenjang Pengetahuan
C2 : Jenjang Pemahaman
C3 : Jenjang Penerapan
C4 : Jenjang analisa

Dipilihnya tes pilihan ganda satu jawaban benar untuk memperoleh data tentang hasil belajar TIK didasari atas: (1) dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kognitif, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks; (2) dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak serta hanya menuntut waktu sangat sedikit bagi responden dalam menjawab setiap butir; (3) penskoran jawaban responden dapat dilakukan secara objektif; (4) jumlah option yang disediakan lebih dari dua, mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban; (5) tingkat kesukaran butir soal terkendali hanya dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban; (6) dimungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik karena dapat dianalisis secara statistik.
Tes praktek (ranah psikomotor) yang akan diberikan berupa contoh kasus yang terkait dengan indikator pembelajaran yang telah diterapkan. Tes ketrampilan psikomotor terdiri dari 10 unjuk kerja. Unjuk kerja tersebut juga mengikuti jenjang Taksonomi Bloom yang meliputi jenjang Kesiapan (P1), Gerakan Terbimbing (P2), Gerakan Terbiasa (P3).
Tes tersebut akan dikerjakan/dipraktekkan oleh masing-masing siswa pada masing-masing komputer. Cara penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan rubrik psikomotor yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
Kisi-kisi tes hasil belajar untuk ranah psikomotor
Kompetensi Dasar Indikator Jumlah keterampilan Total Uji
Ketrampilan
P1
10% P2
40% P3
50%
Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah kata 50% Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru 1 0 0 5
Memodifikasi jenis dan pengaturan pada teks 0 0 2
Memodifikasi jenis dan pengaturan halaman 0 0 1
Mendemonstrasikan cara mengolah dokumen. 0 0 1
Membuat dokumen pengolah kata dengan variasi tabel dan gambar 50% Membuat dan menghapus baris, kolom, atau tabel 0 1 0 5
Menambah menggabung serta mengatur lebar baris dan kolom 0 1 0
Memasukkan gambar pada Ms.Word 0 1 0
Mengoperasikan Ikon drawing 0 1 1
Total Uji Keterampilan Ranah Psikomotor 1 4 5 10

Keterangan
P1: Kesiapan
P2: Gerakan Terbimbing
P3: Gerakan Terbiasa

Dari hasil pemaparan di atas, metode dan instrumen pengumpulan data dapat disimpulkan pada tabel 1.8 sebagai berikut.
Tabel 1.8. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Data Metode Instrumen Waktu Sifat Data
Hasil belajar TIK
(Postest) Siswa kelompok eksperimen dan kontrol Tes Tes hasil belajar kognitif dan psikomotor
(tes pilihan ganda dan Uji Keterampilan) Sesudah pembelajaran Skor Rasio
Respon siswa Siswa kelompok eksperimen Angket Angket respon Sesudah pembelajaran Skor interval

6.3 Uji Instrumen Penelitian.
Sebelum digunakan, instrumen penelitian pada ranah kognitif diuji terlebih dahulu apakah sudah layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Pada penelitian ini menggunakan dua jenis analisis soal yaitu :
Analisis secara kualitatif
Analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 ).
Anaisis secara kualitatif pada penelitian ini akan menggunakan teknik panel, dimana penelaah diberikan butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/penelaahannya. Penelaah pada penelitian ini adalah 2 orang dosen pembimbing, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti. Penggunaan analisis secara kualitatif pada penelitian ini adalah tes ranah kognitif (tes pilihan ganda) dan tes ranah psikomotor (tes unjuk kerja).
Analisis secara kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 ).
Analisis secara kuntitatif pada penelitian ini akan menggunakan kriteria uji validitas, reliabilitas dengan kualitas item yang akan direpresentasikan oleh Indeks Kesukaran Butir (IKB), Indek Dayabeda Butir, dan keefektifan pengecoh.

6.3.1 Uji Validitas
Karakteristik pertama dan memiliki peranan yang sangat penting dalam instrumen evaluasi, yaitu karakteristik valid (validity) (Sukardi, 2009). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid atau sahih jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002).

a. Validitas tes hasil belajar TIK
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid atau sahih jika tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan korelasi point biserial. Teknik korelasi point biserial adalah pengujian validitas terhadap item (pertanyaan) dengan pengertian secara umum bahwa sebuah item (pertanyaan) dapat dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Penggunaan teknik ini disebabkan karena variabel I berupa data diskret murni atau data dikotomi, sedangkan variabel II berupa data kontinu. Data diskret murni adalah data yang hanya memiliki dua jawaban yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Data kontinu adalah skor total yang dimiliki oleh masing-masing individu testee merupakan hasil penjumlahan dari setiap skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1 + 1 + 0 + 0 + 1)=6. Adapun rumus yang digunakan ditentukan dengan persamaan 1.1(Arikunto, 2002).

(1.1)
Keterangan:
pbs : koefisien korelasi poin biserial
M1 : rata-rata skor untuk yang menjawab benar
M2 : rata-rata skor untuk seluruhnya
SDtot : standar deviasi total
p : proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)
q : l-p
Kriteria butir soal dalam kategori valid jika rpbs – hitung > rpbs – tabel pada taraf siginifikan 5%.

6.3.2 Uji Reliabilitas
Syarat lain yang juga penting bagi suatu instrumen evaluasi adalah terpenuhinya syarat kedua, yaitu reliabilitas. Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunya nilai reliabilitas tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2009).
Dalam uji reliabilitas tes menggunakan pendekatan Single Test-Single Trial, yakni penentuan reliabilitas tes lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan. Pengujian reliabilitas yang paling banyak digunakan dan sering ditemui dalam proses penelitian evaluasi adalah Kuder Ricardson (K-R). Ada dua macam formula Kuder Ricardson, yaitu KR20 dan KR21. KR20 dipakai apabila item tes yang dinilai nomor yang benarnya saja dan setiap nomor yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Sedangkan KR21 digunakan untuk tes item yang dibuat sistematikanya menggunakan pilihan ganda, misalnya pilihan ganda empat jawaban beralasan, tiga jawaban beralasan dan sebagainya (Sukardi, 2009). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan formula KR20. Alasan penggunaan rumus KR20 pada tes ini karena item tes yang dinilai nomor yang benarnya saja. Adapun rumus KR20 terdapat pada persamaan 1.2 (Sukardi, 2009).
(1.2)
Keterangan:
p : proporsi testee yang menjawab benar
q : proporsi testee yang menjawab salah
Sx2 : varian skor total tes
K : jumlah item dalam suatu tes
r11 : reliabilitas keseluruhan butir tes
Untuk konversi uji reliabilitas tes dapat digunakan kriteria pengujian pada tabel 1.9.
Tabel 1.9. Kriteria Uji Reliabilitas Tes
Rentangan Reliabilitas Kategori
R11 < 0,20
Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < R11 < 0,40
Derajat reliabilitas rendah
0,40 < R11 < 0,60
Derajat reliabilitas sedang
0,60 < R11 < 0,80
Derajat reliabilitas tinggi
0,80 < R11 < 1,00
Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Guildford, 2004)
6.3.3 Uji Indeks Kesukaran Butir (IKB)
Tingkat kesukaran butir dari suatu tes dapat digunakan untuk mengukur bermutu atau tidaknya butir-butir tes tersebut. Butir yang baik adalah butir yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga dapat benar-benar menggambarkan kemampuan siswa tersebut (Arikunto, 2005). Tingkat kesukaran dari suatu tes pilihan ganda dapat diukur dengan menggunakan rumus pada persamaan 1.3 (Arikunto, 2005).
(1.3)
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran yang umum digunakan (Subana dan Sudrajat, 2001) adalah sebagai berikut.
P = 0.00 : Terlalu Sukar
0,00 < P ≤ 0.30 : Sukar
0.30 < P ≤ 0.70 : Sedang
0.70 < P < 1.00 : mudah
P = 1.0 : Terlalu mudah
Tindak lanjut dari hasil analisis kesukaran butir yaitu membuang butir-butir soal yang terlalu sukar dan terlalu mudah.

6.3.4 Indek Daya Beda Butir (IDB)
Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2002). Nilai Indek Daya Beda (IDB) bergerak dari -1,00 sampai dengan +1,00. Apabila IDB bernilai positif, butir tersebut memiliki daya beda yang positif, yang berarti bahwa porsi jawaban benar siswa yang berkemampuan tinggi lebih besar dibandingkan dengan porsi siswa yang berkemampuan rendah.
Apabila IDB bernilai nol, butir tersebut memiliki daya beda nol, artinya butir tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Ini terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) butir terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin semua siswa salah atau semua siswa benar, (2) butir tersebut membingungkan sebagai akibat kontruksinya ambigu (mungkin menimbulkan penafsiran ganda). Apabila porsi siswa yang tidak tahu jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan yang tahu, maka IDB menjadi negatif. Hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan karena konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya salah. Secara umum semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkempuan rendah. Kriteria yang digunakan dalam menentukan daya pembeda tes adalah sebagai berikut (Subana dan Sudrajat, 2001).
DB < 0,00 : Sangat Jelek
0,00 ≤ DB < 0,20 : Jelek
0,20 ≤ DB < 0,40 : Cukup
0,40 ≤DB < 0,70 : Baik
0,70 ≤DB ≤ 1,00 : Sangat Baik

Menurut beberapa ahli daya beda minimum pada butir yang memadai adalah 0,2. Beberapa pendapat ahli tentang Indek Daya Beda minimum disajikan dalam Tabel 1.10.
Tabel 1.10 Pendapat beberapa ahli terkait Daya Beda minimum pada butir yang memadai.
Penulis Minimum
Crocker and Algina (dalam Dali, 2010) 0,2
Nunnally (dalam Dali, 2010) 0,2
Aiken (dalam Dali, 2010) 0,2

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ideks beda butir yang digunakan untuk mempertahankan butir di dalam alat ukur adalah butir soal yang memiliki daya beda dari rentangan nilai 0,20 sampai 1.00, dengan kategori Cukup, Baik, dan Sangat Baik.
Untuk menentukan Indek Daya Beda (IDB) suatu tes dapat menggunakan rumus pada persamaan 1.4 (Arikunto, 2005).
DB= (1.4)

Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Menentukan keefektifan pengecoh (distractors)
Analisis distraktor di perlukan hanya untuk pembuat soal. Selain menghitung indeks kesukaran dan daya beda dalam analisis butir juga perlu di ketahui apakah distraktor atau pengecoh yang di sediakan tepat atau tidak benar. Apakah semua pilihan yang disediakan dipilih semua karena dianggap betul, jawaban terkumpul pada pilihan tertentu atau pilihan yang sama sekali tidak ada pemilihnya. Dengan memeriksa pola pilihan jawaban, dapat di tentukan hal-hal sebagai berikut : (1). Berapa jumlah subjek yang menjawab betul; (2). Distraktor mana yang terlalu jelas atau menyolok sehingga sangat sedikit yang terkecoh untuk memilihnya; (3). Distraktor mana yang justru menyesatkan subjek yang termasuk kelompok tinggi yang seharusnya tidak terkecoh; (4). Distraktor mana yang dapat menarik bagi subjek kelompok rendah, tetapi tidak cukup menarik bagi subjek dari kelompok tinggi. Kriterianya adalah pengecoh akan efektif apabila jumlah siswa KB (Kelompok Bawah) lebih banyak memilih dibandingkan jumlah siswa KA (Kelompok Atas).

Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diolah menggunakan analisis statistik dan analisis non statistik. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa. Kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap deskripsi data. Analisis statistik digunakan untuk men-genaralisasi hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan), uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, serta uji hipotesis. Dalam menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji t.

7.1 Deskripsi Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar TIK. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Analisis deskriptif dilakukan terhadap nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, skor minimum, dan jangkauan. Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata (mean) ideal dan standar deviasi (SD) ideal masing-masing variabel tersebut pada Tabel 1.10.

Tabel 1.11. Kriteria Uji Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal
Variabel Standar Deviasi Kriteria
Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3,0 Sdi = Sangat Tinggi
Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi = Tinggi
Mi - 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi = Sedang
Mi - 2 Sdi s.d Mi - 1 Sdi = Rendah
Mi - 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi = Sangat Rendah
(Nurkancana dan sunartana,1992)
Keterangan:
Mi = Rata-rata ideal dihitung dengan rumus: (S.Max + S.Min)
Sdi = Standar deviasi ideal dihitung dengan rumus: (S.Max + S. Min)

7.2 Uji Asumsi Statistik
Uji Normalitas Sebaran Data (Distribusi Data)
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan langkah pengujian dengan menggunakan pengujian statistik parametrik atau non parametrik.
Hipotesis yang akan diujikan adalah :
H0 : data hasil belajar berdistribusi normal
Ha : data hasil belajar tidak berdistribusi normal

Uji normalitas untuk skor hasil belajar TIK siswa digunakan analisis Chi-Square dengan rumus pada persamaan 1.5 (Sudijono, 2001).
χ2 = (1.5)
Keterangan:
X2 : Chi-Square
f0 : frekuensi yang diperoleh sampel
fe : frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian dapat berdistribusi normal jika X2 hit < X2 tab, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk=(k-1).

Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F dengan rumus pada persamaan 1.6 (Sudjana, 2002).
Hipotesis yang akan diujikan adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (data homogen)
Ha : Ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.(data tidak homogen)
Fhit = (1.6)

Keterangan:
s12 = varians kelompok eksperimen
s22 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian, jika Fhit maka sampel tidak homogen dapat melakukan pengujian dengan menggunakan rumus polled varians, dan jika Fhit < maka sampel homogen dapat melakukan pengujian dengan dengan menggunakan rumus separated varians. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1.

Uji Hipotesis
Sesuai dengan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif (Ha) yang telah diajukan pada kajian teori, maka dapat dirumuskan hipotesis nol (H0) sebagai berikut.
Uji Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada
Hipotesis Statistik:
H0 = =
Ha =
Keterangan:
= skor rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (KE)
= skor rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (KK)
Rumus (separated varians)

atau
Rumus (polled varians)


Aturan:
Jika n1 = n2 dan varians homogen, dapat digunakan salah satu rumus diatas; dengan db= n1 + n2-2
Jika n1 n2 dan varians homogen, dapat digunakan rumus polled varians; dengan db= n1 + n2-2
Jika n1 = n2 dan varians tidak homogen, dapat digunakan salah satu rumus diatas; dengan db= n1 – 1 atau n2 - 1
Jika n1 n2 dan varians tidak homogen, dapat digunakan rumus separated varians, harga t pengganti t table dihitung selisih dari harga t table; dengan db= (n1 – 1) dan db= (n2 – 1), dibagi dua, kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil.
Keterangan :
= Nilai rata-rata skor kelompok eksperimen
= Nilai rata-rata skor kelompok kontrol
n1 = Banyaknya subjek kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya subjek kelompok kontrol
s12 = varians sampel kelompok eksperimen
s22 = varians sampel kelompok kontrol
Dari keempat asumsi prasyarat analisis tersebut di atas kemungkinan yang akan dipakai dalam penelitian ini hanya dua dari aturan yang ada karena jumlah sampel sedah diketahui sama (n1 = n2), aturan tersebut yaitu:
Jika n1 = n2 dan varians homogen, dapat digunakan salah satu rumus diatas; dengan db= n1 + n2-2
Jika n1 = n2 dan varians tidak homogen, dapat digunakan salah satu rumus diatas; dengan db= n1 – 1 atau n2 – 1

Respon Siswa
Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dikumpulkan dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), sedangkan untuk respon negatif pemberian skor terbalik dengan item positif.
Tabel 1.12 Kriteria Pemberikan Skor Respon Siswa
Analisis Jawaban Nilai Item
Positif Negatif
SS 5 1
S 4 2
R 3 3
TS 2 4
STS 1 5
Untuk mencari skor rata-rata atau mean ( ) dapat dilakukan dengan membagi jumlah semua skor (X) dengan jumlah siswa (N) (Nurkancana dan Sunartana, 1995).
=
Keterangan :
= Skor rata – rata respon siswa
= Jumlah skor respon siswa
N = Banyaknya siswa
Untuk mencari mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
MI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SDI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) yang diterapkan dapat diketahui berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 1.13 Kategori Respon Siswa
Rentangan Skor Kategori
MI + 1,5 SDI
Sangat Positif
MI + 0,5 SDI MI + 1,5 SDI
Positif
MI - 0,5 SDI MI + 0,5 SDI
Cukup Positif
MI - 1,5 SDI MI - 0,5 SDI
Kurang
MI - 1,5 SDI
Sangat Kurang
Nurkancana dan Sunartana (1992)








K. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian ini dimulai dari observasi kesekolah sampai ujian skripsi yang dilaksanakan dari bulan oktober sampai dengan bulan mei. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 1.14.
Tabel 1.14. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Orientasi dan Observasi awal
2 Pembuat proposal
4 Merancang instrumen penelitian dan RPP
3 Ujian proposal
5 Uji coba instrumen penelitian
6 Analisis butir soal
7 Mengimplementasikan Model Pembelajaran
8 Analisis data dan pengujian hipotesis
9 Pembuatan laporan
10 Ujian Skripsi


DAFTAR PUSTAKA
Andhini. 2009. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 sukasada. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan pendidikan fisika universitas pendidikan ganesha.

Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press.

Anwar. 2006. Penggunaan peta konsep melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan proses, hasil belajar, dan respons pada konsep ekosistem. Jurnal Penelitian Kependidikan. 16(2). 217-244

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Astrini, I G. A. N. 2005. Pengaruh penerapan pendekatan struktural tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika terhadap prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri II Sidemen karangasem. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan pendidikan matematika Institut keguruan dan ilmu pendidikan negeri singaraja.

Agung A.A. Gede. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: IKIP N Singaraja.

Arif S. Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Azizah N. keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered-heads-together) dengan pemanfaatan lks (lembar kerja siswa) pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) siswa kelas viii semester 2 smp n 6 semarang tahun pelajaran 2006/2007. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang

Candiasa, I M. 2004. Analisis Butir disertai aplikasi dengan ITEMAN, BIGSTEPS, dan SPSS. IKIP Negeri Singaraja

Depdiknas.2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (Buku 5). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.

Dimyati dan Mudijono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Direktorat Pendidikan Dasar. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Hudojo. 1987. Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Ibrahim. H. M., Rachmadiarti, F., Nur, M., Ismono 2000. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: University Press

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan-Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Jampel I Nyoman. 2005. Statistik Deskriptif. Singaraja: IKIP N Singaraja.

Jatmiko, B.2004. Model-model Pembelajaran (DI, Kooperatif, dan PBI). Makalah (Tidak Diterbitkan). Disajikan dalam seminar dalam lokakarya bagi dosen, mahasiswa, guru-guru SD, SMP dan SMA se-Bali di FMIPA IKIP Negeri Singaraja pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2004

Johnson.D.W.,R.T.Johnson & M.E. Stanne, 2000. Cooperative learning methods: Metaanalysis.Minneapolis,MN: University of Minnesota Press

Kardi, S. Dan Nur,M.2004. Pengajaran Langsung. Surabaya:University Press.

Mahaputri, N. L. 2003. Implementasi pendekatan struktural tipe numbered head together. Dalam pembelajaran kalor dan perpindahan kalor sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIF SLTP Negeri 1 Sukasada tahun ajaran 2003/2004. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. 1984. Measurement and Evaluation in Education and Psychology, Third Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.


Nur, M. dan Prima Retno Wikandari. 1998. Pendekatan-Pendekatan Konsturktivitas Dalam Pembelajaran. Surabaya: Program Pasca Sarjana IKIP Surabaya.

Nurhadi., Yasin, B., Senduk, A. G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.

Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Puspita.2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar senam irama mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja


Santyasa, I.W.2004. Pengaruh model dan setting pembelajaran terhadap remidiasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar siswa pada siswa SMU. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Malang Program Pasca Sarjana Program Studi Teknologi Pembelajaran.
Sadiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta : Rajawali Press.
Selamat, I.N. & Suwenten, I.M. 2000. Pengembangan pembelajaran kooperatif melalui metode bermain menggunakan LKS untuk meningkatkan aktivita, minat, motivasi dan hasil belajar siswa kelas 1 SMU Negeri 3 Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning.Theory, research and practic. Second edition. Boston: Allyn and Bacon

S.Naga, Dali.2010, “Beberapa Kriteria Empirik Pada Analisis Butir”. http://dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/149/4420-a.doc

Suarmini, I K. 2009. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri II Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan pendidikan matematika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Subana, H. M., dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar penelitian ilmiah.Bandung : Tarsito

Sudayasa, R. 2007. Penerapan Pendekatan Strukturan NHT untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya menggantung dalam pembelajaran atletik pada siswa kelas IIIA SMP Negeri 1 Bangli tahun ajaran 2007-2007. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Sudjana. 1982. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Suherman, Erman. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukardi. 2004. Metodelogi Penelitian Pendidikan: kompetensi dan praktiknya. Yogyakarta: PT.Bima Aksara

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya. Jakarta: PT.Bima Aksara


Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. ALFABETA.
Trianto, M.P.D. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana, 2010.

Udani.2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja


Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.



















LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Membentuk kelompok
Pembagian anggota kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan jumlah siswa 30 siswa pada kelompok eksperimen kelas X3.
FILE EDIT
Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen
Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen

VIEW INSERT
Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen

FORMAT TOOL
Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen Kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan anggotanya heterogen












Dasar pembentukan kelompok heterogen pada kelompok eksperimen kelas X3. Selanjutnya, untuk menentukan kategori skor hasil belajar TIK siswa kelompok eksperimen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Mi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Sdi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal )
Rentangan nilai siswa untuk masing-masing kategori ditentukan dengan rumus pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Rentangan nilai siswa untuk masing-masing kategori
Rentangan Skor Kategori
MI + 1,5 SDI
Sangat Tinggi
MI + 0,5 SDI MI + 1,5 SDI
Tinggi
MI - 0,5 SDI MI + 0,5 SDI
Sedang
MI - 1,5 SDI MI - 0,5 SDI
Rendah
MI - 1,5 SDI
Sangat Rendah
Nurkancana dan Sunartana (1992)



Lampiran 2

Pembagian Materi dalam Setiap Pertemuan
Materi pelajaran yang akan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mencakup standar kompetensi dan indikator-indikator yang telah dipaparkan pada tabel 1.1 dibawah ini..
Tabel 2.1 Standar kompetensi dan indikator
Standar Kompetensi : Menggunakan Perangkat Lunak Pengolah Kata
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN PERTEMUAN
KD 1
Menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam Perangkat lunak pengolah kata Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word 1
Menjelaskan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word
Mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat dalam Ms.word 2
Menampilkan dan menyembunyikan ikon pada Ms.word
KD 2
Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah kata Mendemonstrasikan pembuatan dan mencetak dokumen baru 3

Memodifikasi pengaturan halaman
Memodifikasi jenis dan pengaturan pada teks 4
Mendemonstrasikan cara mengolah dokumen 5
KD 3
Membuat dokumen pengolah kata dengan variasi tabel dan gambar
Membuat dan menghapus baris, kolom, atau tabel 6
Menambah menggabung serta mengatur lebar baris dan kolom
Memasukkan gambar pada Ms.Word 7
Mengoperasikan Ikon drawing 8
Postest Uji Ranah Psikomotor 9
Uji Ranah Kognitif 10
Sumber (Wakakurikulum SMA N 1 Sukasada)

Lampiran 3

Pembagian Materi pada Masing-masing Kelompok
Pembagian materi pelajaran yang akan dipelajari setiap kelompok selama implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelompok eksperimen kelas X3
Tabel 3.1 Pembagian Materi Pelajaran
Materi
Yang dipelajari Menjelaskan pengertian menu dan ikon!
Menjelaskan fungsi menu dan ikon!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
1 Perwakilan K.File Mempraktikkan cara-cara membuka microsoft word
Perwakilan K.Edit Menjelaskan pengertian menu
Perwakilan K.View Menjelaskan pengertian ikon
Perwakilan K.Insert Menjelaskan fungsi menu
Perwakilan K.Format Menjelaskan fungsi ikon
Perwakilan K.Tools Menunjukkan menu dan ikon
Quis
Individu
(close book) Apa yang dimaksud dengan menu?
Jelaskan langkah-langkah menampilkan ikon!

Materi
Yang dipelajari Menunjukkan dan menjelaskan menu dan ikon apa saja yang terdapat pada Ms.word!
Mendemonstrasikan cara menampilkan dan menyembunyikan ikon!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
2 Perwakilan K.File Menunjukan dan menjelaskan toolbars standar
Perwakilan K.Edit Menunjukan dan menjelaskan toolbars formatting
Perwakilan K.View Menunjukan dan menjelaskan toolbars drawing
Perwakilan K.Insert Menunjukan dan menjelaskan toolbars picture
Perwakilan K.Format Menunjukan dan menjelaskan toolbars word art
Perwakilan K.Tools Praktikkan penggunaan Shortcut pada Ms.word
PR Kerjakan uji kompetensi 1
Quis
Individu
(close book) Sebutkan 3 buah menu pada Ms.word!
Sebutkan 3 buah icon yang terdapat pada masing-masing menu tersebut!

Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan cara membuat dan mecetak dokumen!
Mempraktikkan cara mengatur ukuran kertas!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
3 Perwakilan K.File Membuat dokumen baru
Perwakilan K.Edit Menyimpan dokumen baru
Perwakilan K.View Praktikkan cara mencetak dokumen
Perwakilan K.Insert Mengatur margin
Perwakilan K.Format Mengatur paper
Perwakilan K.Tools Merubah dokumen yang sudah tersimpan
Quis
Individu
(close book) Sebutkan dua cara yang dilakukan dalam membuat dokumen baru!
Bagaimana langkah-langkah dalam menampilkan jendela pagesetup?

Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan penggunaan font!
Mempraktikkan cara penggunaan bullets and numbering!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
4 Perwakilan K.File Mengatur huruf
Perwakilan K.Edit Mengatur karakter spasi huruf
Perwakilan K.View Menggunakan teks effects
Perwakilan K.Insert Mengatur spasi paragraf
Perwakilan K.Format Praktikkan ara penggunaan bullets
Perwakilan K.Tools Praktikkan cara pengunaan numbering
Quis
Individu
(close book) Jelaskan apa fungsi format font?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan bullet dan numbering?

Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan cara penggunaan border n shading!
Mempraktikkan cara penomoran halaman!
Mempraktikkan cara penggunaan header and footer!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
5 Perwakilan K.File Praktikkan cara penggunaan border pada teks
Perwakilan K.Edit Praktikkan cara penggunaan border pada halaman
Perwakilan K.View Praktikkan cara penggunaan shading
Perwakilan K.Insert Praktikkan cara membuat nomor halaman
Perwakilan K.Format Praktikkan cara penggunaan header
Perwakilan K.Tools Praktikkan cara penggunaan footer
Quis
Individu
(close book) Bagaimana cara menggunakan border and shading?
Bagaimana cara menggunakan header and footer?

Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan cara membuat tabel
Menghapus baris,kolom,tabel
Menggabungkan baris dan kolom pada tabel
Mengatur lebar baris dan kolom!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
6 Perwakilan K.File Membuat tabel
Perwakilan K.Edit Menghapus baris
Perwakilan K.View Menghapus kolom
Perwakilan K.Insert Menghapus tabel
Perwakilan K.Format Menggabungkan baris dan kolom
Perwakilan K.Tools Mengatur lebar baris dan kolom
Quis
Individu
(close book) Bagaimana cara menggabungkan baris dan kolom pada tabel?
Perintah apa saja yang terdapat pada tabel?
Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan cara memasukkan gambar dan clipart!
Mempraktikkan cara menggunakan teks dan gambar!
Mempraktikkan cara memodifikasi warna dan ukuran gambar!
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
7 Perwakilan K.File Memasukkan gambar
Perwakilan K.Edit Mengatur ukuran gambar
Perwakilan K.View Memotong gambar
Perwakilan K.Insert Memasukkan clipart
Perwakilan K.Format Membuat teks dan gambar
Perwakilan K.Tools Memodifikasi warna gambar
Quis
Individu
(close book) Jelaskan langkah-langkah dalam memasukkan gambar pada Ms.word
Fasilitas apa saja yang terdapat pada toolbar picture?
Materi
Yang dipelajari Mempraktikkan cara membuat segi empat dan lingkaran
Mempraktikkan cara membuat efek 3D
Mempraktikkan cara membuat wordart
Mempraktikkan cara menggunakan garis
Pertemuan Kelompok Tugas pada saat presentasi
8 Perwakilan K.File Membuat segi empat
Perwakilan K.Edit Membuat lingkaran
Perwakilan K.View Memutar objek
Perwakilan K.Insert Membuat wordart
Perwakilan K.Format Mengubah wordart
Perwakilan K.Tools Membuat efek 3D
Quis
Individu
(close book) Fasilitas apa saja yang terdapat pada drawing?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan wordart?

Postest
Ranah Psikomotor Melakukan unjuk kerja (menerapkan semua materi yang telah diberikan), tugas berupa contoh yang telah dibuat oleh guru!
Pertemuan Kelompok Unjuk kerja
9 Kelompok File Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Kelompok Edit Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Kelompok View Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Kelompok Insert Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Kelompok Format Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Kelompok Tools Penerapan semua kemampaun yang telah dipelajari
Postest



Postest
Ranah Kognitif Mengukur hasil belajar siswa dengan menggunkan tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan pada ranah kognitif.
Pertemuan Tes yang dilakukan Materi
10 Individu Kompetensi dasar 1
Kompetensi dasar 2
Kompetensi dasar 3
Postest









Lampiran 4

LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
DENGAN GURU TIK SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 SUKASADA















Peneliti :
Nama : I Putu Eka Sutariawan
NIM : 0715051018



















JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2010
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Berapa KKM mata pelajaran TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada? Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada tahun ajar 2010/2011 adalah 70,00 dengan daya serap siswa 75% dan ketuntasan secara klasikal 75%.

2 Berapa rata-rata nilai hasil belajar TIK yang peroleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada dari 3 tahun ajaran terakhir? Rata-rata nilai hasil belajar siswa
Tahun ajaran 2007/2008 : 66,37
Tahun ajaran 2008/2009 : 68,70
Tahun ajaran 2009/2010 : 69,31
3 Kurikulum apa yang diterapkan di SMA N 1 Sukasada? Kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sukasada adalah KTSP
4 Berapa jumlah guru yang mengajar TIK di SMA Negeri 1 Sukasada? Di SMA Negeri 1 Sukasada tidak terdapat guru murni TIK, sedangkan guru yang mengajar mata pelajaran TIK adalah guru yang dianggap mampu menyajikan materi TIK kepada siswa. Guru yang mengajar TIK kelas X adalah bapak Made Pasek Suardita.S.Pd (Guru matematika kelas XII).
5 Dibagai menjadi berapa kelas, kelas X yang ada di SMA Negeri 1 Sukasada? Kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada dibagi menjadi 6 kelas, antara lain X1,X2,X3,X4,X5,X6.

6 Berapa jumlah kelas X yang bapak ajar TIK dalam 1 minggu? Bapak Made Pasek Suardita,S.Pd mengajar TIK untuk seluruh kelas X dari X1-X6.
7 Apa tujuan diterapkannya mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sukasada? Tujuan mata pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sukasada yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat TIK secara cepat dan optimal guna mendapatkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar maupun kehidupan sehari-hari dimasyarakat seiring dengan perkembangan teknologi, serta bisa digunakan sebagai pengembangan bakat, kreativitas kemampuan yang terdapat pada diri siswa itu sendiri
8 Model pembelajaran apa yang diterapkan dalam PBM mata pelajaran TIK di kelas X? Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar TIK kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada adalah model pembelajaran langsung.
9 Metode pembelajaran apa saja yang bapak gunakan selama PBM? Metode belajar yang digunakan selama PBM adalah Ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, penugasan.
10 Dari semua metode pembelajaran tersebut, metode pembelajaran apa yang sering bapak gunakan selama PBM? Metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu metode ceramah, demonstrasi dan penugasan.

11 Mengapa bapak jarang menerapkan metode diskusi kelompok? Karena pada saat diskusi kelompok tidak semua anggota kelompok ikut berperan aktif dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan, dalam diskusi kelompok lebih cenderung siswa yang mengerjakan tugas adalah siswa yang lebih rajin dan pintar sedangkan siswa yang lain sebagai pelengkap.
12 Apa saja ranah kemampuan siswa yang diukur dan digunakan sebagai hasil belajar siswa untuk kelas X pada mata pelajaran TIK? Ranah-nah yang diukur sebagai hasil belajar yaitu Ranah kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor.
13 Apa saja jenjang kognitif siswa yang diukur pada mata pelajaran TIK untuk kelas X di SMA N 1 Sukasada? Berdasarkan kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sukasada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran TIK mengukur kemampuan pada ranah kognitif jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis (C1,C2,C3 dan C4)
14 Apakah terdapat kelas unggulan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada? Dari seluruh kelas X yang ada di SMA Negeri 1 tahun ajaran 2010/2011 yang menjadi kelas unggulan adalah kelas X1.
15 Apa saja fasilitas pendukung PBM yang terdapat pada Lab TIK? Fasilitas pendukung yang terdapat pada LAB TIK yaitu 40 komputer, 1 papan tulis, 1 LCD, 1 Speaker, 2 buah printer, 2 AC, 1 Lemari, 1 Papan tulis.
16 Apa sumber materi pelajaran yang digunakan siswa selama proses belajar mengajar? Sumber materi pelajaran yang digunakan siswa yaitu:
Buku Teknologi Informasi dan Komunikasi Xa, Viva Pakarindo, Klaten, 2006.
Internet
Penjelasan / bimbingan dari guru.
17 Berapa jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada? Terlampir
18 Materi pelajaran apa yang diajarkan kepada siswa kelas X pada semester ganjil/genap tahun ajar 2010/2011? Terlampir
















17. Daftar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada

Kelas X1
No Nama Siswa

1 Agung Indrawan Kadek
2 Agus Astina Yoga Putu
3 Alit Putra Ketut
4 Andri Utami Luh
5 Arya Budi Utama Gede
6 Arya Sentana I Gede
7 Ayu Budiaanis Made
8 Ayu Satyawati Made
9 Ayu Sri Wahyuningsih Putu
10 Buda Arbawa Yasa Putu
11 Cahyati Ni Ketut
12 Cintia Rismiyani I Dewa Ayu
13 Dedik Pertana I Gede
14 Deni Sutrawan Wayan
15 Diah Intan Utari P Putu
16 Doni Setiawan Gede
17 Edi Juliada Gede
18 Eka Ariawan I Wayan
19 Eka Astama Putra Gede
20 Eka Verdyana Dewi G A Putu
21 Prendi Darmawan I Gede
22 Harta Satriana Putu
23 Lina Astiani Ketut
24 Rianti Utari I Gst Ayu Putu
25 Semadi I Komang
26 Sudarsana Gede
27 Sukreni Luh Putu
28 Surya Frediyasa Kadek
29 Tegeh Komala Gusti Putu
30 Widiarta Kadek
31 Wiku Wianjana I Kadek
32 Yogie Mahendra I Gede


Kelas X2
No Nama Siswa

1 Agung Pt Ngurah Putra Utama
2 Agus Antara Kadek
3 Agus Eka Yudi Parwata Putu
4 Aphrodita Emawati
5 Ari Kuriartini Ni Ketut
6 Arya Chandra Subakti Ketut
7 Arya Sejati Gede
8 Aryadi Ketut
9 Astrawan Ketut
10 Darmawan Putra Putu
11 Dwyka Aryawan
12 Eliyun
13 Erta Swarmayasa Kadek
14 Esti Srinita Ni Luh
15 Henita Juliantini Kadek
16 Hepy Karisma Dewi Ni Putu
17 Indra Abdhi Kusuma Kadek
18 Istianah
19 Krisna Budi Hartana I Kadek
20 Leliani Komang
21 Okta Purwaningsih Ketut
22 Putrawan Ngurah Putu
23 Silvia Apriliani Made
24 Sugiartana Putu
25 Sutajaya Utama II Gst Made
26 I Made Suwirma
27 Taman Ketut
28 Ugi Aryasa
29 Yeni Novita Sari Kadek
30 Yudha Bahari Putra Gede


Kelas X3
NO. NAMA

1 Ade Agung Indrayana Made
2 Adi Suardana Komang
3 Agus Edi Van Helen Gusti
4 Anggara Adnyana Wayan
5 Ardika Putu
6 Ardy Wardana Anak Agung Made
7 Astini Kadek
8 Ayu Nilawati Ni Komang
9 Ayu Vevi Wahyani Komang
10 Budi Ariani Ketut
11 Crysma Virmayani Putu
12 Deni Apriliani Putu
13 Darma Maha Wira Utama P. Wayan
14 Dwi Setiawan Kadek
15 Hary Bagus Sanjaya I Gede
16 Narman Krisnawan Made
17 Oktaviantari Gst Putu
18 Pratamawati Luh
19 Rentada Gede
20 Ria Wardani Putu
21 Ricky Suryo Wibowo
22 Ridma Widantari Kadek
23 Rina Pandeni Kadek
24 Rizky Suryanto
25 Surayuda Ketut
26 Teguh Purbawa I Nyoman
27 Tommy Antoni Lapian Sorongan
28 Wiranata Negara
29 Wiriada Kadek
30 Putu Eka Pirliawan


Kelas X4
NO. NAMA

1 Adi Adnyana Ketut
2 Adiasa Made
3 Agus Ari Sanjaya Putu
4 Agus Dwi Surya Astawa Dw Kd
5 Agus Parwana Made
6 Ardiyasa I Putu
7 Ari Purnama Putra Made
8 Ary Satya Khrisnawan Gede
9 Ayu Ristiyani Desak Nyoman
10 Ayu Sarini Ni Kadek
11 Ayu Susari Komang
12 Deni Yasa Komang
13 Gede Mustiada Gst Komang
14 Giri Partika Belapati Kadek
15 Indra Kusuma I Gusti Made
16 Irma Nopita Sari Putu
17 Maha Kusuma Yudha I Made
18 Mang Lely Giri Purwantini
19 Raka Adnyana Komang
20 Rini Jayanti Kadek
21 Riska Larasati
22 Sanista Herdiani Putu
23 Suarnayasa Kadek
24 Sudarta I Ketut
25 Sura Kadek
26 Suka Margaheni Ni Made
27 Suki Kertayasa Wayan
28 Tara Arya Jipa Putu
29 Yudha Antara I Gede
30 Yunik Aprisma Ni Kadek


Kelas X5
NO. NAMA

1 Adi Putra I Komang
2 Apriliyani Komang
3 Arya Maha Putra Kadek
4 Budi Aryani Ketut
5 Darmika Kadek
6 Diah Trisna dewi Nyoman
7 Doni Astrawan Gede
8 Dwi Maristawan Gede
9 Edy Ajendra Putra Putu
10 Eka Budiantara Komang
11 Feri Yasa Made
12 Gina Andriani Putu
13 Lia Darmayani Ketut
14 Liu Ada Komang
15 Mahendra Gede
16 Pageh Arta Gusti Putu
17 Puspani Made
18 Rika Endrayani Kadek
19 Saka Salesmena Sribawana I Pt
20 Sinta Devi Ida Ayu
21 Sri Sunari Yanti Luh Putu
22 Suardika I Gede
23 Suniawan Gede
24 Surya Antara Putu
25 Widiarta Putu
26 Widiartawan Komang
27 Wira Martawan Gede
28 Wisrama Putra I Gst Agung Ngr
29 Yuni Indah Pratiwi Ni Luh
20 Widhiastini Ni. Nyoman.
31 Pasek Gelgel Adnyana Ketut







Kelas X6
NO. NAMA

1 Ariana Gede
2 Agus Dedi Kusuma Kadek
3 Agus Rumi Atmaja Komang
4 Agus Setiawan Komang
5 Budi Kartini Ni Komang
6 Ega Andika Kadek
7 Hendra Ardy Putra Gede
8 Irvan Pramesti Kadek
9 Jenti Artasari Putu
10 Julian Sastra Wirayana Ketut
11 Karlina Dewi Made
12 Mariani Luh Putu
13 Marsa Ketut
14 Mulyawan Wayan
15 Oktaviani Pratiwi Arpin Kadek
16 Rama Adi Putra I Komang
17 Restana Gede
18 Ririn Purnama Sari
19 Saputra Ketut
20 Suadnyana Kadek
21 Sudiantari Made
22 Sukayasa Gede
23 Susrana Putu
24 Tri Budi Astuti Luh Putu
25 Widiani Made
26 Widiarini Komang
27 Yasa Putu
28 Yogi Astrawan Putu
29 Yudi Werdika Ketut


Smtr Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Ganjil
Melakukan Operasi Dasar Komputer.
Mengaktifkan dan mematikan komputer sesuai dengan prosedur.
Menggunakan perangkat lunak beberapa program aplikasi
Memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan elektronikinformasi dan komunikasi. Mendeskripsikan fungsi, proses kerja komputer dan telekomunikasi, serta berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Menjelaskan fungsi, dan cara kerja jaringan telekomunikasi ( wireline, wireless, modem dan satelit)
Mendemonstrasikan fungsi dan cara kerja perangkat lunak aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
Memahami ketentuan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi Menerapkan aturan yang berkaitan dengan etika dan moral terhadap perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi dan komunikasi
Menerapkan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi dan komunikasi
Genap Menggunakan perangkat lunak pengolah kata untuk menghasilkan informasi
Menunjukkan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah kata
Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah kata
Membuat dokumen pengolah kata dengan variasi tabel, gambar
18. Materi pelajaran yang diajarkan pada kelas X SMA N 1 Sukasada


Sumber (Wakakurikulum SMA Negeri 1 Sukasada)



Lampiran 5

FORMAT PENELAAHAN SOAL TES PILIHAN GANDA

Mata Pelajaran : TIK
Kelas/semester : X/Genap
Penelaah :

Berilah tanda centang ( √ ) jika tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah.
No Aspek yang di telaah Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 … 80
A MATERI
1 Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda)
2 Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
3 Pilihan jawaban homogen dan logis
4 Hanya ada satu kunci jawaban
B KONSTRUKSI
1 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas
2 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
3 Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
4 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi
5 Panjang pilihan jawaban relatif sama
6 Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah/benar" dan sejenisnya
7 Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
8 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
C BAHASA
1 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
2 Menggunakan bahasa yang komunikatif
3 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
4 Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
Keterangan

Keterangan : (B) Baik, (P) Perbaiki, (G) Ganti

Lampiran 6

FORMAT PENELAAHAN SOAL TES UNJUK KERJA

Mata Pelajaran : TIK
Kelas/semester : X/Genap
Penelaah :

Berilah tanda centang ( √ ) jika tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah.
NO Aspek yang di telaah Nomor Soal
1 2 3 … 10
A MATERI
1 Soal sudah sesuai dengan indikator (menuntut tes
perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan)
2 Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
3 Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi (urgensi,
relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
4 Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis
sekolah atau tingkat kelas
B KONSTRUKSI
1 Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik
2 Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
3 Ada pedoman penskorannya
4 Tabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
C BAHASA
1 Rumussan soal komunikatif
2 Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
3 Tidak menggunakan kata /ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
4 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
5 Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa
KETERANGAN

Keterangan : (B) Baik, (P) Perbaiki, (G) Ganti






Lampiran 7

Nilai Sumber Nilai Skor maksimum
Nilai Kognitif Tes pilihan ganda 40
Nilai Psikomotor Uji Keterampilan 40
Hasil Belajar ∑x1 + ∑x2
N
(Dimodifikasi dari Sudjana,2005) 40+40 = 40
2
Keterangan
∑x1 = Nilai Ranah kognitif
∑x2= Nilai Ranah Psikomotor
N = Jumlah evaluator